Menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita, Trump ingin membubarkan TPP demi proteksi pasar domestik AS dari perdagangan bebas. Di sisi lain, Hillary Clinton juga menyiratkan hal yang sama karena dalam kampanyenya ingin menegosiasi kembali TPP.
Baca: Indonesia Gabung TPP, Mendag: Semua Tergantung Amerika
"Karena Trump dalam kampanyenya menyatakan tidak akan melanjutkan TPP. Sedangkan Hillary juga akan menegosiasikan. Ini sedang kami studi (pelajari)," ujar Enggar usai media briefing di Pressroom Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jalan MI Ridwan Rais, Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2016).
Indonesia sendiri ingin bergabung ke dalam blok TPP. Alasannya, blok ekonomi ini nyaris menghapuskan tarif perdagangan di 12 negara dan menguasai 40 persen perekonomian dunia. Namun di sisi lain, juga menciptakan ancaman karena perdagangan Indonesia bakal terbuka bagi seluruh anggota.
Enggar mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mengkaji keterlibatan Indonesia dalam lingkup kerja sama tersebut. Terlebih setelah kemenangan Trump membuat banyak negara yang tidak berani mengambil keputusan mengenai keberlanjutan TPP.
"Tidak ada negara satu pun berani ambil sikap mengenai TPP. Dalam proses perjanjian seperti itu kan memakan waktu dan negosiasinya ketat. Ini masih proses, tapi kita akan wait and see," kata dia.
Kondisi ini yang diyakini Enggar bahwa TPP akan mengalami penundaan pembahasan proses ratifikasi TPP. Di sisi lain, Enggar lebih mengincar Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) karena dinilai lebih menjanjikan ketimbang TPP.
"RCEP akan lebih kondusif ke depan dengan kondisi TPP yang minimal akan delay. RCEP mudah-mudahan di 2017 karena ada ganjalan dari satu negara yang pengaruh ke yang lain. Tapi rasanya akan makin besar peranannya," pungkas Enggar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News