Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters kepada sejumlah ekonom terungkap bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS mungkin mengalami peningkatan pada angka 2,5 persen secara tahunan usai mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi di angka 1,4 persen pada kuartal II-2016. Level itu menjadi tingkat terkuat sejak kuartal II-2015.
Baca: 2017, Pertumbuhan AS Diperkirakan Melambat Meski Suku Bunga Naik
Selain tambahan dari dukungan belanja konsumen dan kinerja ekspor, ekonomi AS juga diharapkan mendapatkan dorongan dari rebound aktivitas pertambangan dan kinerja investasi. Hal itu menjadi penting lantaran ekonomi AS memberi efek terhadap pergerakan ekonomi negara lain di dunia.
"Selama memiliki consumer spending, beberapa stabilitas atas belanja modal pemerintah, perdagangan dan peralihan inventaris, di mana komposisinya seimbang maka akan membuat kepercayaan bergerak ke arah yang benar," kata Chief Economic Strategist Miller Tabak Anthony Karydakis, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (28/10/2016).
.jpg)
Sejumlah orang berjalan di depan bendera Amerika Serikat (Reuters/Andrew Cullen)
Namun, pertumbuhan PDB bisa mengalami kejutan terbalik setelah data pada Rabu menunjukkan adanya penurunan tajam dalam defisit perdagangan barang di September. Pemerintah akan menerbitkan estimasi pertama dari GDP kuartal III-2016 pada Jumat di 08:30.
Baca: Harga Rumah di AS Alami Kenaikan 5,1%
Jika ekspektasi pertumbuhan ekonomi bertemu maka kondisi itu akan membantu menghilangkan ketakutan terhadap ketidakpastian ekonomi yang berlama-lama dan kondisi itu menjadi sebuah risiko. Adapun selama semester I-2016, pertumbuhan ekonomi AS telah tumbuh rata-rata di angka 1,1 persen.
Baca: Penjualan Rumah Baru AS Naik Moderat di September
Sekadar diketahui, menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga 0,50 ke 0,75 adalah sembilan persen untuk pertemuan November 2016, dan 79 persen pada pertemuan Desember.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News