baca juga: Gandeng Jepang, PGN Berambisi Jadi Pemain LNG Internasional |
"Meningkatnya impor LNG ke Eropa di tengah krisis Ukraina dan potensi rebound Tiongkok untuk bahan bakar akan memperketat pasar karena hanya 20 miliar meter kubik kapasitas LNG baru yang akan datang ke pasar tahun depan," ujar Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 25 Oktober 2022.
Pada saat yang sama, keputusan baru-baru ini oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk memangkas produksi dua juta barel per hari (bph) merupakan keputusan berisiko
"Karena IEA melihat pertumbuhan permintaan mendekati dua juta barel per hari tahun ini sangat berisiko karena beberapa ekonomi di seluruh dunia berada di ambang resesi," jelas dia.
Melonjaknya harga global di sejumlah sumber energi, termasuk minyak, gas alam dan batu bara, memukul konsumen pada saat yang sama sudah berurusan dengan kenaikan inflasi makanan dan jasa. Harga tinggi dan kemungkinan penjatahan berpotensi berbahaya bagi konsumen Eropa saat mereka bersiap memasuki musim dingin Belahan Bumi Utara.
"Eropa mungkin berhasil melewati musim dingin ini, meskipun agak babak belur, jika cuacanya tetap sejuk," kata Birol.
Untuk minyak, konsumsi diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada 2023, sehingga dunia masih membutuhkan minyak Rusia untuk memenuhi permintaan.
Negara G7 telah mengusulkan mekanisme yang akan memungkinkan negara-negara berkembang untuk membeli minyak Rusia tetapi dengan harga yang lebih rendah untuk membatasi pendapatan Moskow setelah perang Ukraina.
Birol mengatakan skema tersebut masih memiliki banyak detail untuk diselesaikan dan akan membutuhkan persetujuan dari negara-negara pengimpor minyak utama.
"Saya pikir ini bagus karena dunia masih membutuhkan minyak Rusia untuk mengalir ke pasar untuk saat ini," kata Birol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News