Melansir Forbes, Senin, 12 Desember 2022, maskapai berbiaya hemat ini mencari peluang pertumbuhan baru di tengah peningkatan perjalanan pascapandemi di seluruh Asia Tenggara.
Fernandes mengaku akan tunduk pada persetujuan peraturan, AirAsia Kamboja akan memulai operasi komersial pada paruh kedua 2023, dengan awalan menggunakan empat armada Airbus A321 berbadan sempit. Maskapai baru ini akan dipimpin oleh pengusaha Kamboja Vissoth Nam sebagai CEO.
"Peningkatan konektivitas di samping tarif dengan nilai terbaik, pasti akan merangsang permintaan untuk perjalanan udara," kata Nam, Direktur Sivilai Asia dan pendiri Bar Menaka di Phnom Penh, serta restoran hot pot Angkor Meas di Siem Reap, dalam sebuah pernyataan.
AirAsia meluncurkan maskapai Asia Tenggara kelimanya di Kamboja di tengah pemulihan yang kuat terhadap permintaan perjalanan di seluruh wilayah tersebut. Grup itu mencatat keseluruhan load factor 86 persen dalam tiga bulan yang berakhir September, dengan anak perusahaan jangka panjangnya AirAsia X kembali meraup cuan.
Baca juga: CEO AirAsia Optimistis Bisnis Penerbangan Segera Pulih Meski Dihadang Omicron |
"Kami sangat bersemangat untuk memulai kembali kisah pertumbuhan kami di Kamboja," kata Fernandes pada upacara penandatanganan yang dihadiri oleh Mao Havannal, menteri yang bertanggung jawab atas Sekretariat Negara Penerbangan Sipil, dan Serey Chea, direktur jenderal bank sentral Kamboja.
"Kamboja adalah permata tersembunyi," ujar Fernandes.
AirAsia Kamboja bertujuan untuk mengangkut wisatawan yang datang dari Asia Tenggara, Tiongkok, India, dan Korea Selatan ke negara yang terkenal dengan kuil kuno Angkor Wat di Siem Reap.
"Kami yakin akan profitabilitas di tahun pertama operasi," kata Fernandes dalam sebuah pernyataan, menambahkan perusahaan menargetkan untuk mengangkut setidaknya satu juta pengunjung ke Kamboja pada tahun pertama operasi maskapai.
Fernandes dan Kamarudin memulai AirAsia 21 tahun lalu, dengan hanya dua pesawat. Maskapai ini telah memperluas armadanya menjadi lebih dari 200 pesawat, membawa lebih dari 80 juta penumpang melintasi India, India, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Filipina pada 2019 sebelum pandemi mendatangkan malapetaka pada ekonomi global dan melarang terbang pesawat perusahaan.
AirAsia Jepang mengajukan kebangkrutan pada 2020, sementara grup tersebut melepaskan sahamnya di perusahaan patungan India untuk bermitra dengan Tata Sons.
Dengan dimulainya kembali perjalanan di sebagian besar wilayah Asia, AirAsia berharap dapat memulihkan armadanya sepenuhnya pada kuartal pertama 2023 dari sekitar 130 pesawat saat ini. "Ketika Tiongkok dibuka kembali, itu akan menjadi dorongan besar," jelas Fernandes.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News