Gubernur BI Perry Warjiyo. FOTO: dok Bank Indonesia
Gubernur BI Perry Warjiyo. FOTO: dok Bank Indonesia

Bos BI Sebut Bank Sentral Dunia Hadapi Tantangan Sangat Kompleks, Apa Saja?

Antara • 17 Juli 2022 13:27
Bali: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan seluruh bank sentral dunia kini sedang menghadapi tantangan yang sangat kompleks. Tantangan itu mulai dari dampak perang, rantai gangguan global, serta gejolak keuangan global.
 
"Kita sedang menghadapi masalah yang memengaruhi stabilitas moneter dan keuangan saat ini," ujar Perry Warjiyo, dalam Gala Seminar G20 2022, di Nusa Dua, Badung, Bali, dilansir dari Antara, Minggu, 17 Juli 2022.
 
Ia menuturkan dunia sedang menghadapi inflasi yang meningkat. Persoalannya, lonjakan inflasi kali ini berasal dari sisi suplai lantaran adanya gangguan rantai pasokan global serta dampak perang di Ukraina.

Tetapi jika peningkatan inflasi berasal dari sisi suplai, beberapa negara, termasuk sejumlah negara berkembang, juga mengalami peningkatan dari sisi permintaan di dalam negeri mereka.
 
Dengan demikian, Perry menyebutkan, permasalahan tersebut harus bisa dipikirkan dengan baik dan hati-hati apakah perlu diatasi seluruh permasalahannya dengan kenaikan suku bunga acuan atau diperlukan pula merespons dari sisi pasokan.
Baca: Ini Komitmen yang Dicapai dari Pertemuan FMCBG G20 di Bali

Selain itu, lanjutnya, dunia kini juga sedang merasakan dampak dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (Fed) dan kenaikan suku bunga bank sentral lainnya.
 
"Tentu saja mandat domestik masing-masing perlu didahulukan, tetapi bagaimana mengatasi dampak tersebut dalam ekonomi global yang sangat terbuka? Bagaimana dampaknya terhadap arus modal dan volatilitas nilai tukar? Apakah suku bunga cukup untuk mengatasi, tidak hanya inflasi tetapi juga dampak rambatan arus modal dan aspek lainnya," ucap Perry.
 
Maka dari itu, ia berpendapat, hal tersebut menjadi masalah terutama karena dalam stabilitas keuangan, bank sentral masih menangani efek luka memar alias scarring effects. Adapun dari luka memar tersebut, beberapa sektor terlihat sudah pulih. Namun masih ada beberapa perusahaan lain yang masih dalam proses pemulihan.
 
Oleh karenanya, Perry menilai, seluruh permasalahan tersebut sangat menantang dan kompleks untuk bank sentral di seluruh dunia, khususnya bagaimana menyeimbangkan untuk mengembalikan stabilitas harga.
 
Tetapi pada saat yang bersamaan, bank sentral juga harus mengatasi volatilitas arus modal dan nilai tukar, namun tetap tidak memperburuk perlambatan ekonomi global.
 
"Ini adalah pekerjaan yang sangat kompleks, episode yang sangat berbeda dari masa lalu yang sebagian besar masalah datang dari permintaan dan semua dari sektor keuangan. Kali ini, banyak dari mereka datang dari sisi suplai," pungkas Perry.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan