Gill mengatakan Kerangka Kerja Bersama yang dibuat oleh Kelompok 20 ekonomi utama untuk membantu negara-negara termiskin hanya menghasilkan kemajuan glasial. Hal itu karena tidak memperhitungkan 61 persen utang luar negeri negara-negara berkembang yang dipegang kreditur swasta, bagian yang jauh lebih besar daripada beberapa dekade yang lalu.
Hanya empat negara -Zambia, Chad, Ethiopia, dan Ghana- telah mengajukan bantuan di bawah mekanisme G20 yang ditetapkan pada akhir 2020 pada puncak pandemi covid-19, meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan lebih banyak -60 persen dari negara berpenghasilan rendah- berada dalam atau berisiko tinggi mengalami kesulitan utang.
Hanya Chad yang telah mencapai kesepakatan keringanan utang dengan kreditor -dan itu tidak termasuk pengurangan utang yang sebenarnya. "Meningkatnya suku bunga di Amerika Serikat dan ekonomi maju lainnya akan membuat uang mengalir keluar dari pasar negara berkembang untuk beberapa waktu, seperti pada 1980-an," kata Gill, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 27 April 2023.
Baca: Kabar Buruk dari Negara Paman Sam, Default Utang Picu Kedatangan Malapetaka Ekonomi! |
"Tingkat utang sudah mulai merusak prospek, membawa mereka ke spiral yang salah. Banyak dari negara-negara ini sudah mengalami krisis utang. Negara seperti Mesir berada di bawah air. Kerangka Bersama harus diganti. Itu bukan mesin yang tepat," tukasnya.
Tiongkok kreditur terbesar di dunia
Sekitar dua pertiga utang luar Ghana, misalnya, dimiliki secara pribadi. Akan tetapi kerangka kerjanya difokuskan pada kreditur resmi Klub Paris dan pemberi pinjaman baru seperti Tiongkok, yang kini menjadi kreditur berdaulat terbesar di dunia. "Itu juga tidak memiliki aturan umum untuk menangani utang negara," tukasnya.Ia menambahkan satu masalah utama yang masih tersisa adalah bagaimana IMF dan Bank Dunia menilai kesinambungan utang negara-negara, sementara mengecualikan pinjaman dalam negeri, yang menutupi tingkat pinjaman yang terlalu tinggi.
Itu terjadi sebagian karena negara-negara berkembang telah membangun sektor keuangan domestik mereka tetapi tanpa kerangka fiskal berkelanjutan yang sesuai. "Tiba-tiba alat penilaian Anda yang hanya melihat asumsi bahwa orang-orang ini hanya bisa meminjam ke luar negeri, sudah tidak sesuai lagi," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News