baca juga: Menengok Tiongkok |
Praktis ekonomi Tiongkok hanya tumbuh tipis dari capaian 2020 yang sebesar 2,2 persen yang menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang terendah selama 1976.
Secara tak langsung baik dan buruknya ekonomi Tiongkok bisa berdampak ke ekonomi indonesia sebagai salah satu mitra dagang indonesia. Ini dampaknya yang dirangkum Medcom.id dari berbagai sumber:
1. Pengaruh Ke Emiten Batu Bara
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2022 ekspor nonmigas terbesar Indonesia ke Tiongkok sebesar USD6,16 miliar dari total ekspor sebesar USD24,8 miliar.Dari ekspor nonmigas itu, ekspor batu bara mencapai USD949 juta ke Tiongkok. Disusul dengan Jepang sebesar USD693 juta dan India sebesar USD565 juta. India menyusul dengan capaian sebesar USD565 juta.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Melambatnya ekonomi tiongkok bisa menekan kinerja ekonomi indonesia dari aktivitas ekspor yang secara tak langsung berdampak ke kinerja emiten di pasar modal indonesia.
Tingginya permintaan dari Tiongkok juga berdampak ke kenaikan harga batu bara di level acuan global. Pada tahun 2022, harga batu bara sudah melesat tinggi. Harga batu bara diprediksi akan turun pada tahun ini ketika Tiongkok mulai mencari batu bara dari negara lain seperti Australia.
2. Berdampak ke Penjualan Nikel
Dampak melambatnya ekonomi Tiongkok akan berdampak ke ekspor nikel Indonesia. Ekspor nikel Indonesia dari Januari-September 2022 sudah mencapai 534,05 ribu ton dengan nominal USD4,12 miliar. Nilai yang naik lima kali lipat dari periode yang sama pada tahun lalu ini banyak diserap Tiongkok.Impor nikel Indonesia ke Tiongkok mencapai USD1,71 miliar dengan jumlah 233,8 ribu ton data dari Januari-Agustus 2023. Tiongkok adalah konsumen terbesar nikel di dunia sebesar 1,31 juta ton pada 2020.
Penurunan permintaan komoditas nikel bisa berdampak ke penurunan harga nikel dunia yang bisa berdampak ke kinerja saham komoditas nikel.
3. Perbaikan Ekonomi Tiongkok dan IHSG
Membaiknya ekonomi Tiongkok memang bisa mendorong aktivitas ekspor indonesia. Namun hal itu bisa juga menarik minat investor untuk berinvestasi ke pasar modal di negara tirai bambu itu. Begitu juga sebaliknya.Hal ini dikatakan Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan, perbaikan sentimen di kawasan Asia mendorong perpindahan investor dari kawasan berkinerja unggul menuju kawasan yang dianggap telah jenuh jual (oversold), efeknya pun dirasakan pasar saham Indonesia.
Dia menjelaskan kondisi pasar di kawasan Asia mengalami perbaikan sentimen atau berbeda dengan pasar global, serta risiko resesi negara-negara di kawasan ini juga lebih rendah. Namun kondisi fundamental emiten akan memengaruhi laju pasar saham baik di Indonesia dan Tiongkok dalam jangka panjang.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id