Data tersebut, terutama angka-angka yang terkait dengan jasa inti, lebih kuat dari yang diantisipasi, meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor tentang kemungkinan Federal Reserve menunda penurunan suku bunga hingga akhir 2024.
Melansir Investing.com, Kamis, 15 Februari 2024, berdasarkan inflasi Januari, 2024, CPI utama naik 0,3 persen dari Desember 2023, melampaui kenaikan 0,2 persen yang diantisipasi dari bulan ke bulan.
IHK inti mengalami kenaikan 0,4 persen, melebihi ekspektasi 0,3 persen, didorong oleh naiknya harga jasa inti sebesar 0,7 persen yang lebih dari mengimbangi penurunan 0,3 persen pada harga barang inti.
| Baca juga: Dolar AS Ambruk Imbas Pasar Bolak-balik Cari Wangsit soal Prospek Suku Bunga Fed |
Fed bakal pangkas suku bunga 100 bps
Terlepas dari data inflasi yang tidak terduga, ahli strategi UBS masih memperkirakan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) pada akhir 2024, dengan pemotongan pertama diantisipasi pada kuartal kedua.
Oleh karena itu, menguatnya yields dan konsolidasi di pasar saham, yang didorong oleh kenaikan inflasi dan laporan pasar tenaga kerja yang kuat, tidak terjadi secara tidak terduga, ungkap para ahli strategi tersebut.
"Dalam pandangan kami, kecil kemungkinan harga-harga untuk jasa-jasa inti akan terus meningkat dengan tingkat yang cepat, dan kami masih memperkirakan inflasi akan melambat dalam beberapa bulan ke depan," tulis mereka dalam sebuah catatan.
"Jadi, data inflasi yang 'panas' tidak mengubah kasus dasar kami untuk soft landing pertumbuhan yang lebih lambat, turunnya inflasi, dan pemotongan suku bunga Fed sebesar 100 bps tahun ini, kemungkinan dimulai pada kuartal kedua," tambah mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id