Ekonomi Rusia terpukul akibat sanksi Barat seiring dengan langkah Moskow yang mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari. Tetapi dampak ekonomi terbukti tidak separah yang ditakutkan pada awalnya.
Mengutip The Business Times, Jumat, 2 September 2022, Belousov mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia akan turun sedikit lebih dari dua persen di tahun ini, diikuti oleh penurunan tidak lebih dari satu persen pada 2023.
Perkiraan terbaru dari kementerian ekonomi pada pertengahan Agustus menunjukkan PDB akan berkontraksi 4,2 persen di tahun ini, meskipun ada peringatan sebelumnya akan penurunan lebih dari 12 persen, yang akan menjadi penurunan terbesar dalam produksi ekonomi sejak pertengahan tahun krisis 1990-an setelah runtuhnya Uni Soviet.
Baca: Kabar Gembira! OJK Susun Regulasi Dukung HAKI sebagai Jaminan Utang |
"Meskipun ada sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan banyak perusahaan asing meninggalkan Rusia, pemerintah tidak melihat tanda-tanda situasi pasar tenaga kerja memburuk," kata Belousov.
Tingkat pengangguran mencapai 3,9 persen pada Juni, terendah sejak layanan statistik mulai menerbitkan angka tersebut pada 1992, menurut database Eikon. "Setelah melonjak ke level tertinggi 20 tahun di 17,8 persen pada April setelah rubel jatuh ke rekor terendah, inflasi setahun penuh akan menjadi 12-13 persen," kata Belousov.
Belousov mengatakan pada pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi ekspor non-komoditas tahun ini akan turun 17 persen karena Rusia telah kehilangan akses ke pasar Eropa. Namun, impor barang konsumsi hampir pulih berkat jalur perdagangan baru dan impor paralel.
"Impor adalah masalah utama, karena membatasi impor adalah salah satu alat, pengungkit dari seluruh logika sanksi terhadap negara kita," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News