"Penggunaan stimulus fiskal oleh Pemerintah Tiongkok untuk pemerintah daerah, dan penurunan yang terjadi di sektor properti, pada akhirnya menimbulkan risiko bagi perekonomian Tiongkok secara keseluruhan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis, 7 Desember 2023.
Penurunan tersebut mendapatkan penolakan dari Pemerintah Tiongkok. Mereka menyampaikan kekecewaan dengan keputusan Moody’s. Menurut pemerintah, Tiongkok masih memiliki perekonomian yang tangguh dan potensi yang besar.
Begitu pula menurut mereka dengan sektor properti, yang meski turun, namun masih terkendali. China Chengxin International Credit Rating Co., salah satu lembaga pemeringkat dalam negeri, juga tidak terima dengan penurunan prospek tersebut.
Mereka mengatakan Pemerintah Tiongkok masih memiliki ruang yang 'cukup' untuk mengendalikan risiko utang jika dibandingkan dengan negara negara barat lainnya.
"Menurut kami, penurunan prospek tersebut merupakan sesuatu yang memang harus diterima. Sejak covid-19 menerpa Tiongkok untuk kedua kalinya, kepercayaan konsumen telah hilang. Hal ini menjadi penyebab utama sektor properti juga turun," kata Nico.
Moody’s juga melihat bahwa penurunan di sektor Tiongkok, telah memicu peralihan ke arah stimulus melalui kebijakan fiskal. Tiongkok harus meningkatkan dukungannya melalui pinjaman sebagai langkah utama untuk menjaga perekonomian Tiongkok dan sektor properti.
"Kami menilai bahwa ini merupakan sesuatu yang dapat diterima. Sebab daya beli dan konsumsi di Tiongkok juga masih berada di posisi yang rendah, bahkan terjadi disinflasi sehingga membuat pemulihan kian berjalan sulit," kata Nico.
Baca juga: Kepada AS, Tiongkok Sebut 'Negara-Negara Besar' Harus Adil Terkait Gaza |
Rasio defisit terhadap PDB naik jadi 3,8%
Pekan lalu, data aktivitas manufaktur dan jasa mengalami penurunan, sehingga butuh dukungan lebih banyak dari pemerintah.
Sebelumnya, Presiden Xi Jinping telah memberikan kode keras perlambatan pertumbuhan yang tajam serta risiko deflasi yang ada tidak akan ditoleransi. Oleh sebab itu pemerintah akan meningkatkan defisit anggaran utama dan yang terbesar dalam 30 tahun terakhir.
"Rasio defisit terhadap PDB Tiongkok naik dari 3,0 persen menjadi 3,8 persen. Artinya pemerintah akan menjual obligasi negara tambahan senilai 1 triliun yuan atau USD140 miliar untuk mendorong pemulihan ekonomi," kata Nico.
Dengan adanya penurunan peringkat tersebut, ini akan semakin menambah tekanan terhadap Tiongkok, khususnya tatkala adanya penerbitan obligasi oleh pemerintah. Sebab dengan penurunan prospek tersebut, tentu kompensasi melalui imbal hasil atau bunga, harus lebih tinggi daripada sebelumnya.
Sebelumnya Moody pernah memangkas peringkat kredit Tiongkok dari Aa3 menjadi A1 pada 2017 silam, karena adanya peningkatan utang dalam perekonomian dan dampaknya terhadap keuangan Tiongkok. Penurunan tersebut merupakan yang pertama sejak 1989, dan mengejutkan Tiongkok kala itu.
Pemeringkat lainnya Fitch dan S&P sejauh ini melihat Tiongkok masih mendapatkan peringkat A+ dengan prospek stabil. "Setelah adanya penurunan ini, Bank sentral Tiongkok (PBOC) langsung memberikan dukungan moralnya setelah adanya penurunan pemangkasan dari prospek kreditnya tersebut," kata Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News