Jakarta: Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengatakan harga beberapa komoditas di tingkat global lebih rendah dibandingkan beberapa bulan terakhir.
"Harga komoditas minyak kelapa sawit dan bijih besi September 2022 misalnya, terlihat lebih rendah dibandingkan September 2021. Minyak kelapa sawit lebih rendah 23,03 persen. Sementara untuk bijih besi ini lebih rendah 19,85 persen," kata Setianto, Senin, 17 Oktober 2022.
Namun untuk beberapa komoditas lainnya terjadi peningkatan pada September 2022 dibanding 2021. Contohnya untuk komoditas nikel, yang mengalami peningkatan sebesar 17,96 persen.
Selain itu terdapat minyak mentah yang harganya lebih tinggi 21,18 persen dibandingkan September 2021. Sementara itu batu bara mengalami peningkatan 120,11 persen, serta gas alam yang juga meningkat 51,88 persen.
Setianto juga menyampaikan berdasarkan pengamatan BPS dari Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah terdepresiasi sekitar Rp15 ribu per USD dalam beberapa hari terakhir.
"Hal ini karena penguatan nilai dolar AS didukung oleh dampak kenaikan suku bunga di AS yang lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan negara lain," ujar Setianto.
Adapun keputusan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dalam menaikkan suku bunga yang dikombinasikan dengan tekanan eksternal itu juga akan mempengaruhi pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Menurut Setianto, pantauan peristiwa terkini secara global tersebut menjadi bekal bagi Indonesia dalam menyusun statistik perdagangannya pada September 2022.
"Harga komoditas minyak kelapa sawit dan bijih besi September 2022 misalnya, terlihat lebih rendah dibandingkan September 2021. Minyak kelapa sawit lebih rendah 23,03 persen. Sementara untuk bijih besi ini lebih rendah 19,85 persen," kata Setianto, Senin, 17 Oktober 2022.
Namun untuk beberapa komoditas lainnya terjadi peningkatan pada September 2022 dibanding 2021. Contohnya untuk komoditas nikel, yang mengalami peningkatan sebesar 17,96 persen.
Selain itu terdapat minyak mentah yang harganya lebih tinggi 21,18 persen dibandingkan September 2021. Sementara itu batu bara mengalami peningkatan 120,11 persen, serta gas alam yang juga meningkat 51,88 persen.
Baca juga: Kinerja Ekspor Turun Hampir 11% di September 2022 |
Setianto juga menyampaikan berdasarkan pengamatan BPS dari Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah terdepresiasi sekitar Rp15 ribu per USD dalam beberapa hari terakhir.
"Hal ini karena penguatan nilai dolar AS didukung oleh dampak kenaikan suku bunga di AS yang lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan negara lain," ujar Setianto.
Adapun keputusan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), dalam menaikkan suku bunga yang dikombinasikan dengan tekanan eksternal itu juga akan mempengaruhi pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Menurut Setianto, pantauan peristiwa terkini secara global tersebut menjadi bekal bagi Indonesia dalam menyusun statistik perdagangannya pada September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News