Mengutip The Business Times, Rabu, 26 April 2023, dari 500 perusahaan yang terdaftar dalam penelitian ini, sebanyak 17 perusahaan keluarga berasal dari Asia Tenggara, dengan dua dari Singapura. Perusahaan minyak sawit Singapura Golden Agri-Resources menduduki peringkat ke-230 pada 2021 dan naik ke peringkat ke-177 pada 2023.
Pengembang real estat lokal Yanlord Land Group berada di peringkat 437 pada 2021 dan naik ke peringkat 339 tahun ini. Dikenal sebagai 2023 EY and University of St Gallen Family Business Index, studi tersebut menemukan 500 bisnis keluarga terbesar telah menghasilkan pendapatan USD8,02 triliun dan mempekerjakan 24,5 juta orang di 47 yurisdiksi.
Indeks tersebut diterbitkan setiap dua tahun sekali dan didasarkan pada peringkat global dari 500 bisnis milik keluarga menurut pendapatan mereka. Jumlah bisnis keluarga Singapura yang termasuk dalam penelitian ini tetap sama dengan 2021.
Baca: Ketahanan Sistem Pangan Global Harus Jadi Harga Mati! |
"Bisnis keluarga memiliki ciri tertentu yang membantu mereka melakukannya dengan baik. Kelincahan yang dimiliki banyak bisnis keluarga merupakan keunggulan kuat karena dapat menavigasi dan beradaptasi dengan perubahan lanskap yang tiba-tiba dan menangkap peluang di cakrawala dengan lebih baik," kata Low Bek Teng, pemimpin perusahaan keluarga EY Asean.
"Bisnis keluarga yang terus berkembang dalam menghadapi gangguan memanfaatkan inovasi untuk relevan dengan pelanggan mereka," tambahnya.
Bisnis keluarga harus tetap gesit!
Low menambahkan dalam lingkungan inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan ketegangan geopolitik saat ini, bisnis keluarga harus tetap gesit dan mengelola risiko secara lebih efektif. Adapun negara lain dari Asia Tenggara yang masuk dalam daftar saat ini adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Di sisi lain, usia rata-rata anggota dewan di seluruh perusahaan keluarga di Asia Tenggara adalah 62 tahun. "Memiliki anggota dewan dengan usia rata-rata 62 tahun menyoroti perlunya perusahaan keluarga di Asia Tenggara untuk memeriksa pembaruan dewan dan transisi ke generasi muda," kata Low.
"Ada kasus perusahaan keluarga menghadapi masalah dalam peralihan ke generasi berikutnya karena tantangan tata kelola atau konflik internal. Melakukan perencanaan suksesi lebih awal dan berkomunikasi secara teratur untuk mengelola perbedaan akan sangat membantu memastikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang," pungkasnya.
Baca: Belum Sempat Mudik? Berikut 6 Cara Cerdas Pilih Asuransi Kendaraan untuk Pulkam |
Di sisi lain, usia rata-rata anggota dewan di seluruh perusahaan keluarga di Asia Tenggara adalah 62 tahun. "Memiliki anggota dewan dengan usia rata-rata 62 tahun menyoroti perlunya perusahaan keluarga di Asia Tenggara untuk memeriksa pembaruan dewan dan transisi ke generasi muda," kata Low.
"Ada kasus perusahaan keluarga menghadapi masalah dalam peralihan ke generasi berikutnya karena tantangan tata kelola atau konflik internal. Melakukan perencanaan suksesi lebih awal dan berkomunikasi secara teratur untuk mengelola perbedaan akan sangat membantu memastikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id