"Situasinya lebih mungkin menjadi lebih buruk daripada menjadi lebih baik," kata Kristalina Georgieva, dilansir dari The Business Times, Minggu, 16 Oktober 2022.
Dia mengutip ketidakpastian yang tetap sangat tinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina dan dampak dari pandemi covid-19. Selain itu, ia memperingatkan bahwa mungkin ada lebih banyak guncangan ekonomi.
Georgieva mengatakan IMF memperkirakan negara-negara yang menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global akan mengalami setidaknya dua kuartal berturut-turut kontraksi tahun ini atau tahun depan. "Bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," tegasnya.
Baca: BI Perkirakan Inflasi Mencapai 0,05% pada Oktober 2022 |
IMF saat ini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global hanya 3,2 persen pada 2022 dan 2,9 persen pada 2023. Georgieva mengatakan perkiraan terakhir akan diturunkan minggu depan. Dirinya meminta para pembuat kebijakan untuk tetap berada di jalur guna menurunkan inflasi sebagai sarana menstabilkan ekonomi.
"Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Bertindak tegas bahkan ketika ekonomi pasti melambat. Ini tidak mudah, dan itu tidak akan tanpa rasa sakit dalam waktu dekat. Tetapi kuncinya adalah menghindari rasa sakit yang jauh lebih besar dan lebih lama untuk semua orang," tuturnya.
Dia juga memperingatkan biaya kesalahan langkah kebijakan akan tinggi. "Tidak cukup pengetatan akan menyebabkan inflasi menjadi tidak berlabuh dan mengakar -yang akan membutuhkan suku bunga di masa depan menjadi jauh lebih tinggi dan lebih berkelanjutan, menyebabkan kerugian besar pada pertumbuhan dan kerugian besar pada orang-orang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id