Fokus saat ini tertuju pada sejumlah data ekonomi utama minggu ini, serta lebih banyak sinyal dari Federal Reserve mengenai jalur suku bunga.
Kekhawatiran akan melambatnya permintaan, terutama setelah sinyal hawkish dari the Fed, merupakan pemberat utama harga minyak minggu lalu, menekan turun sekitar tiga persen lebih rendah pada Jumat lalu dan juga menghapus semua penguatan untuk minggu lalu.
Kekhawatiran permintaan sebagian besar lebih besar daripada tanda-tanda ketidakstabilan geopolitik yang berkelanjutan di Timur Tengah, yang telah menawarkan minyak beberapa dukungan di awal 2024 karena pasar khawatir potensi gangguan pasokan.
Mengutip Investing.com, Senin, 26 Februari 2024, minyak Brent yang akan berakhir April 2024 turun 0,5 persen menjadi USD81,24 per barel. Sementara minyak WTI turun 0,4 persen menjadi USD75,75 per barel pukul 08.14 WIB.
Sinyal inflasi dan suku bunga
Data inflasi dari beberapa negara besar akan dirilis minggu ini, termasuk Jepang, Australia, zona euro, dan AS. Dalam kasus AS, data Indeks harga PCE - yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed - akan dirilis pada pekan ini, dan juga diperkirakan akan menjadi faktor dalam rencana bank sentral untuk suku bunga pada tahun ini.
Traders terlihat sebagian besar memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga pada Mei dan Juni. Pasalnya suara pejabat The Fed memperingatkan bank tidak terburu-buru untuk mulai memangkas suku bunga. Komentar dari beberapa pejabat Fed lainnya juga akan dirilis minggu ini.
Baca juga: Saham Asia Pasifik Beragam, Cuannya Kebanyakan Diambil Wall Street |
PDB AS dan PMI Tiongkok dinanti
Fokus minggu ini juga tertuju pada angka kedua produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat AS, yang diperkirakan akan menegaskan kembali meskipun pertumbuhan ekonomi tetap lebih tinggi daripada negara-negara maju lainnya, pertumbuhan ekonomi masih melambat dari kuartal sebelumnya.
Namun pertumbuhan masih diperkirakan akan tetap cukup kuat untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama di negara ini.
Data purchasing managers index (PMI) dari Tiongkok juga akan dirilis minggu ini, dan diharapkan bisa memberi lebih banyak petunjuk mengenai perlambatan pemulihan ekonomi di negara tersebut.
Tetapi serangkaian langkah-langkah stimulus baru-baru ini, serta tanda-tanda peningkatan belanja konsumen menambah harapan akan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di negara importir minyak terbesar di dunia ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News