Dikutip dari Investing, Senin, 22 Agusus 2022, harga minyak acuan WTI mencapai USD89 per barel atau turun 1,19 persen. Kemudian harga minyak acuan brent sebesar USD95 per barel atau turun 0,55 persen.
baca juga: Meski Naik Tipis, Harga Minyak Masih Mencatat Kerugian dalam Sepekan |
Dalam sebuah artikel baru-baru ini untuk Houston Chronicle, James Osborne menulis permintaan minyak menjadi semakin sulit di tengah perkembangan seperti Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang sekarang terkenal yang disahkan Kongres AS awal bulan ini.
"Dengan semua insentif untuk elektrifikasi transportasi dan peralihan ke pembangkit listrik terbarukan, masa depan permintaan minyak telah meredup," katanya.
Sebagian besar perusahaan minyak melakukan transisi energi, yang mungkin membayangi kredibilitas prediksi permintaan minyaknya. Dorongan transisi terbaru di Eropa dan AS memperburuk situasi volatilitas yang buruk dengan mengaburkan prospek permintaan terhadap minyak.
Selain itu, perusahaan eksplorasi minyak mengebor lebih banyak sumur berdampak tinggi tahun ini, dengan tingkat keberhasilan yang jauh lebih tinggi daripada 2021. Sejauh tahun ini, perusahaan E&P telah menemukan lebih dari 1,7 miliar barel setara minyak (boe) di sumur berdampak tinggi, hampir empat kali lipat dari 450 juta boe yang ditemukan untuk keseluruhan 2021, menurut penelitian Rystad Energy minggu ini.
"Sejauh ini hingga 2022, tingkat keberhasilan di sumur tersebut telah mencapai 47 persen, jauh lebih tinggi dari tingkat keberhasilan 28 persen pada tahun lalu," kata Rystad Energy.
Perusahaan berencana untuk mengebor 33 sumur berdampak tinggi pada 2022, jumlah tahunan terbesar sejak Rystad Energy mulai melacak sektor ini pada 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News