Dikutip dari Investing.com, harga minyak brent berjangka untuk kontrak Maret 2024 terkoreksi 0,21 persen ke level USD80,18 per barel. Kemudian harga minyak WTI berjangka Maret 2024 naik sebesar 0,21 persen ke level USD75,25 per barel.
baca juga: Harga Minyak Dunia Brent Naik 0,14% |
Minyak dunia terdorong dari ekspektasi pertumbuhan produksi minyak AS yang jauh lebih lambat tahun ini. Dalam Outlook Energi Jangka Pendek terbarunya, Badan Informasi Energi (EIA) memperkirakan produksi tahun ini bisa mencapai 13,2 juta barel setiap hari. Ini akan menjadi rekor tertinggi baru tetapi ini bukanlah bagian yang penting.
Angka yang diproyeksikan pada 2024 hanya sekitar 200 ribu barel per hari lebih tinggi dari rata-rata harian pada 2023. Dan rata-rata harian pada 2023 tersebut mewakili peningkatan lebih dari satu juta barel per hari dibandingkan rata-rata 2022.
Lemahnya produksi
Survei terbaru The Fed di Dallas, yang dirilis Desember menunjukkan hanya sedikit perusahaan di sektor minyak yang memiliki rencana peningkatan belanja besar-besaran.Sebagian besar pelaku industri nampaknya masih berhati-hati dengan rencana pertumbuhan produksi dan hemat dengan uang tunai mereka.
Ketika ditanya tentang rencana belanja, sebagian besar responden mengatakan mereka berencana untuk mempertahankan belanja pada tingkat 2023 atau sedikit meningkatkannya pada tahun ini.
Oleh karena itu, terdapat potensi pertumbuhan produksi minyak AS yang lebih lemah dari perkiraan. Potensi pertumbuhan yang lebih lemah ini akan terwujud karena terbatasnya pasokan dari OPEC.
Dukungan dari Tiongkok
Harga minyak mendapat dukungan dari harapan pemulihan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen energi terbesar di dunia. Bank sentral Tiongkok mengumumkan pemotongan besar cadangan devisa bank pada Rabu, dalam sebuah langkah yang akan menyuntikkan sekitar USD140 miliar uang tunai ke dalam sistem perbankan dan mengirimkan sinyal kuat dukungan terhadap perekonomian yang rapuh dan anjloknya pasar saham.Tiongkok juga mengatakan akan memperluas penggunaan pinjaman properti komersial oleh bank-bank dalam upaya terbarunya untuk meringankan krisis likuiditas yang dihadapi perusahaan-perusahaan real estat yang bermasalah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News