Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. FOTO: AFP
Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. FOTO: AFP

Sri Lanka Hadapi Bahaya Besar Akibat Krisis Ekonomi Berlanjut

Angga Bratadharma • 08 Agustus 2022 12:02
Kolombo: Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memperingatkan Sri Lanka menghadapi bahaya besar. Hal itu karena kekurangan bahan bakar yang dipicu oleh krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan berlanjut setidaknya sampai akhir tahun.
 
Pria berusia 73 tahun, yang naik ke tampuk kekuasaan setelah pendahulunya Gotabaya Rajapaksa terpaksa meninggalkan negara itu dan mengundurkan diri setelah berbulan-bulan mendapatkan protes, mengatakan krisis keuangan telah berubah menjadi krisis politik yang serius.
 
"Hari ini kita menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang belum pernah dihadapi negara kita dalam sejarah baru-baru ini. Kami dalam bahaya besar," katanya, saat membuka sesi baru parlemen, dilansir dari The Business Times, Senin, 8 Agustus 2022.

Puluhan ribu orang menyerbu kediaman resmi Rajapaksa bulan lalu karena kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan yang dialami oleh 22 juta orang Sri Lanka sejak akhir tahun lalu.
Baca: Presiden Sri Lanka: Belum Saatnya Bagi Rajapaksa untuk Pulang

Wickremesinghe mengatakan satu-satunya cara untuk keluar dari krisis adalah jika semua pihak menghadapi tantangan ini bersama sebagai satu orang. Ia juga meminta semua pihak di parlemen untuk bergabung dengan inisiatifnya untuk pemerintah persatuan.
 
Adapun Sri Lanka dianggap sebagai negara berpenghasilan menengah yang makmur sebelum gagal bayar untuk pertama kalinya atas utang luar negerinya sebesar USD51 miliar pada pertengahan April.
 
Negara ini telah kehabisan devisa untuk membiayai impor dengan pejabat memperkirakan negara itu sangat membutuhkan setidaknya USD4 miliar untuk membawa barang-barang penting dan mengatasi kekurangan saat ini.
 
Wickremesinghe telah memimpin pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk mengamankan program bailout empat tahun. Dia mengatakan kepada parlemen negosiasi sedang berlangsung tetapi tidak memberikan batas waktu kapan kesepakatan akan diselesaikan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan