New York: Kepala Eksekutif atau CEO ExxonMobil Corp dan Chevron Corp telah mengadakan pembicaraan pendahuluan untuk menjajaki penggabungan dua produsen minyak terbesar AS itu pada awal 2020. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, ini akan menjadi merger terbesar sepanjang masa.
Mengutip Antara, Senin, 1 Februari 2021, diskusi-diskusi, yang tidak lagi aktif, menunjukkan tekanan yang dihadapi perusahaan paling dominan di sektor energi itu saat pandemi covid-19. Serta akibat harga minyak mentah yang anjlok.
Sumber tersebut menuturkan pembicaraan antara CEO Exxon Darren Woods dan CEO Chevron Mike Wirth cukup serius untuk menyusun dokumen hukum yang melibatkan aspek-aspek tertentu dari diskusi-diskusi merger. Alasan pembicaraan berakhir tidak dapat dipelajari.
Sumber meminta anonimitas karena masalah tersebut bersifat rahasia. Exxon dan Chevron, yang memiliki kapitalisasi pasar masing-masing USD190 miliar dan USD164 miliar, menolak berkomentar.
Saham Exxon dan Chevron menukik tahun lalu setelah perang harga Saudi-Rusia dan dampak dari wabah virus korona baru menyebabkan harga minyak turun. Saham Exxon terpukul paling parah, karena investor menyuarakan kekhawatiran tentang profitabilitas jangka panjang dan keputusan pengeluaran perusahaan.
Dalam pembicaraan mereka, CEO Exxon dan Chevron membayangkan mencapai sinergi melalui pemotongan biaya besar-besaran untuk membantu mengatasi penurunan pasar energi. Pada akhir 2019, Exxon mempekerjakan sekitar 75 ribu orang dan Chevron sekitar 48 ribu.
Menyusul pembicaraan yang dibatalkan dengan Exxon, Chevron kemudian mengakuisisi produsen minyak Noble Energy dalam kesepakatan tunai dan saham senilai USD5 miliar yang diselesaikan pada Oktober.
Penggabungan Exxon dan Chevron akan menghadapi rintangan yang signifikan, termasuk kekhawatiran antimonopoli dan keberatan dari pesaing-pesaing perusahaan. Beberapa anggota parlemen AS, terutama Demokrat, menyalahkan Big Oil karena berkontribusi pada perubahan iklim, yang menjadi prioritas utama pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Berita tentang pembicaraan yang gagal muncul karena Exxon mendapat tekanan dari beberapa pemegang sahamnya atas arahan strategisnya.
Engine No. 1, sebuah perusahaan investasi berbasis di San Francisco, minggu lalu menominasikan empat direktur untuk dewan Exxon dan mendorong perusahaan untuk membelanjakan uangnya dengan lebih baik, mempertahankan dividennya, dan berinvestasi lebih banyak dalam energi bersih. Exxon juga berada di garis bidik hedge fund D.E. Shaw, yang menekan perusahaan untuk memangkas biaya dan meningkatkan kinerja.
Exxon melaporkan hasil kuartal keempat pada 2 Februari. Chevron pekan lalu secara mengejutkan melaporkan kerugian kuartal keempat sebesar USD11 juta karena margin rendah pada bahan bakar, biaya akuisisi, dan efek mata uang asing menekan hasil pengeboran yang meningkat.
FOLLOW US
Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan