"Hal ini membuktikan perekonomian Tiongkok, bertahap mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok memang turun, tapi tidak seburuk yang dibayangkan," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis, 19 Oktober 2023.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok secara tahunan turun dari 6,3 persen menjadi 4,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara secara kuartalan, (qtq), naik dari 0,5 persen menjadi 1,3 persen.
Sedangkan pertumbuhan sepanjang tahun (ytd) turun dari 5,5 persen (yoy) menjadi 5,2 persen (yoy). Industrial production masih tumbuh 4,5 persen (yoy), begitupun dengan retail sales yang naik dari 4,6 persen (yoy) menjadi 5,5 persen (yoy).
Saat ini dari data, menunjukkan ada peningkatan belanja konsumsi yang kuat di Tiongkok, karena penjualan ritel meningkat. Hal ini menjadi gambaran, bahwa kepercayaan konsumen kembali tumbuh, dan menjadi salah satu dasar untuk membangun kembali konsumsi dan daya beli dalam negeri.
"Meski harus diakui bahwa Pemerintah Tiongkok terus bahu membahu untuk memperbaiki sektor properti yang masih terpuruk, ditambah lagi tekanan datang dari AS yang memperketat pembatasan pengiriman teknologi maju membuat pemulihan akan berjalan lambat," kata Nico.
Tentu dibutuhkan dukungan dari sebuah kebijakan agar pertumbuhan tetap dapat tercapai, serta konsumsi dan daya beli terjaga. Sejauh ini tingkat pengangguran juga turun menjadi lima persen, dan tingkat tabungan mengalami penurunan yang membuat masyarakat lebih percaya diri untuk melakukan konsumsi.
| Baca juga: Belt and Road Tiongkok Tingkatkan Infrastruktur Sekaligus Utang di Afrika |
Naikkan proyeksi ekonomi
Dengan data ekonomi yang mulai tumbuh, Citigroup Inc hingga Nomura Holding Inc langsung menaikkan proyeksi ekonomi Tiongkok untuk tahun ini. Citigroup mengatakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sangat baik, dan langsung mengubah proyeksinya dari 5,0 persen menjadi 5,3 persen.
"Namun kami melihatnya agar tidak terlena dengan data ini, karena situasi dan kondisi cepat berubah," kata Nico.
Sektor properti diharapkan mampu untuk segera pulih dan transisi sektor diharapkan dapat terjadi secepatnya untuk menopang kinerja sektor properti yang kian melemah. Investasi di sektor properti semakin mengalami kontraksi hingga 9,1 persen sejak awal tahun.
Banyaknya perusahaan properti yang gagal bayar juga membuat masyarakat khawatir dalam menentukan pilihan untuk membeli properti. Alih-alih membeli properti, mereka lebih senang menaruh tabungan di deposito perbankan.
Pelemahan ini yang kami harapkan dari sektor properti mampu bertransisi menjadi sektor sektor energi terbarukan, seperti penetrasi mobil listrik yang kian semakin baik.
"Kami mengharapkan Tiongkok mampu untuk memberikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," beber Nico.
Tiongkok juga berencana mempertimbangkan untuk merevisi undang-undang, mereka mulai menetapkan kuota obligasi pemerintah daerah untuk digunakan untuk investasi infrastruktur. Hal ini membuat pendanaan menjadi jauh lebih fleksibel bagi Tiongkok untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
"Goldman Sachs Group Inc. memproyeksikan masih ada 500 miliar yuan atau USD68,4 miliar kuota obligasi yang belum terpakai pada tahun ini. Dengan membaiknya perekonomian Tiongkok, diyakini bahwa perekonomian dunia juga akan menjadi lebih baik," jelas Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News