Warren Buffett. FOTO: AFP
Warren Buffett. FOTO: AFP

Dedolarisasi Kian Bergema di Dunia, Warren Buffett Beri Respons Ini!

Angga Bratadharma • 09 Mei 2023 11:01
New York: Taipan investasi Warren Buffett menyebutkan dolar Amerika Serikat (USD) tidak berisiko kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia. Meski demikian, pengeluaran agresif Pemerintah Amerika Serikat (AS) dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.
 
"Kami adalah mata uang cadangan, saya tidak melihat opsi untuk mata uang lain untuk menjadi mata uang cadangan," kata Buffet, yang juga investor terkenal dan CEO Berkshire Hathaway, selama pertemuan tahunan perusahaannya, dilansir dari Markets Insider, Selasa, 9 Mei 2023.

Buffett terdengar tidak peduli tentang risiko dedolarisasi, atau negara lain yang kurang bergantung pada dolar AS. Namun, eksekutif miliarder itu memperingatkan Pemerintah AS agar tidak mengikis nilai dolar dengan membelanjakan terlalu banyak dan memicu inflasi.
 
"Kita harus sangat berhati-hati. Sangat sulit untuk melihat bagaimana Anda pulih begitu Anda membiarkan jin keluar dari botol dan orang-orang kehilangan kepercayaan pada mata uangnya," kata Buffett.
Baca: Warren Buffet Ngeluh Kinerja Pemerintah AS, Krisis Bank Bisa Makin Ngedrop?

Dirinya menggarisbawahi orang perlu percaya tabungan mereka akan mempertahankan sebagian besar daya beli mereka dari waktu ke waktu, atau mereka akan menghindar dari menyimpan uang di bank atau membangun dana pensiun.

"Adalah kegilaan untuk terus mencetak uang," kata Buffett.

Pandemi covid-19 memicu penguncian

Pandemi covid-19 memicu penguncian, penutupan, dan gangguan rantai pasokan yang meluas pada 2020 dan 2021. Pemerintah AS bergegas untuk menopang ekonomi dengan mengirimkan cek stimulus ke rumah tangga dan memberikan bantuan keuangan kepada bisnis.
 
Permintaan yang dihasilkan, ditambah dengan guncangan pasokan —termasuk invasi Rusia ke Ukraina— mendorong inflasi ke level tertinggi 40 tahun sebesar 9,1 persen pada musim panas lalu. Sebagai tanggapan, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga dari hampir nol menjadi lebih dari lima persen dalam 14 bulan terakhir saja.
Baca: Walaupun AS Hadapi Ancaman Gagal Bayar, tapi Ekonomi Global Kerap Membaik, Kok Bisa?

Lonjakan suku bunga telah menekan konsumen dan bisnis, memicu kekhawatiran akan kegagalan bank lebih lanjut dan krisis kredit, serta memicu kekhawatiran akan resesi akhir tahun ini. Sedangkan mitra bisnis investor, Charlie Munger, menambahkan bahwa AS seharusnya tidak mengambil risiko yang berbahaya dengan membelanjakan uang terlalu banyak.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan