Ilustrasi ekonomi global. Foto: Medcom.id.
Ilustrasi ekonomi global. Foto: Medcom.id.

Walaupun AS Hadapi Ancaman Gagal Bayar, tapi Ekonomi Global Kerap Membaik, Kok Bisa?

Arif Wicaksono • 08 Mei 2023 17:12
Tokyo: Kekhawatiran tentang proyeksi ekonomi negara berkembang selama setahun terakhir yang bisa alami hard landing pada 2023 semakin jauh dari kenyataan. Siklus pengetatan yang agresif di seluruh dunia menyebabkan data yang lebih lemah di beberapa sektor seperti manufaktur, teknologi, dan perumahan. Namun, secara umum, ekonomi AS dan zona euro tampak jauh lebih tangguh daripada yang diperkirakan pada akhir 2022.
 
baca juga: Tak Gentar Lawan Musuh, Asosiasi Wisata Labuan Bajo Siap Hadang Gangguan di KTT ASEAN

"Pembukaan kembali yang cepat di Tiongkok juga merupakan kejutan positif yang seharusnya berdampak signifikan pada ekonomi global. Perhatikan IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,9 persen pada 2023, dibandingkan dengan 2,7 persen sebelumnya. Kami juga telah menghilangkan pesimisme terhadap prospek pertumbuhan global untuk tahun ini," jelas Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook, CFA dalam keterangan resminya, Senin, 8 Mei 2023.
 
Pandangan tentang suku bunga dibentuk oleh prospek ekonomi yang lebih baik sambil mengingat banyak pengetatan ekonomi tampak sudah berlalu. Khususnya, pengetatan kebijakan moneter telah bergeser ke arah yang lebih rendah untuk banyak bank sentral utama (kecuali bank sentral Jepang) pada awal 2023.
 
Ekonomi riil melemah

Dia menuturkan ada kebutuhan untuk melihat dampak melambatnya ekonomi riil dan risiko melakukan terlalu banyak pada titik siklus ini. Risiko stabilitas keuangan harus diperhatikan karena AS berurusan dengan beberapa kegagalan bank regional baru-baru ini.
 
"Kami telah mendorong tingkat suku bunga Fed menjadi 5,25 persen (sejalan dengan dot plot). Risiko seimbang, rintangan untuk mendorong lebih tinggi dari 5,5 persen mungkin memerlukan beberapa kejutan kenaikan pada data CPI. Pada sisi negatifnya, jika penularan keuangan memburuk, Fed mungkin harus berhenti," jelas dia.
 
Dia mengatakan, The Fed dapat mempertahankan suku bunga stabil lebih lama dan penurunan suku bunga hanya akan dilakukan pada 2H24. Untuk Zona Euro, krisis energi tampaknya telah berlalu sementara pasar tenaga kerja tetap kokoh. Oleh karena itu, menurutnya, Bank Sentral Eropa atau ECB akan dapat memenuhi panduan hawkish. Dia memprediksi kenaikan 75 bps lebih banyak menjadi 3,75 persen.
 
"Kami berharap ECB dapat mempertahankan suku bunga hingga pertengahan 2024 sebelum pemotongan sederhana terjadi. Kami mencatat bahwa pasar sudah menetapkan harga sekitar 75-100 bps kenaikan," jelas dia.
 
Pemulihan ekonomi global
 
Dia menuturkan akan semakin sulit untuk membenarkan suku bunga rendah (dengan inflasi sekarang sebesar empat persen atau lebih tinggi) dan kurva JGB dapat memicu tekanan ke atas pada suku bunga negara berkembang dalam jangka panjang.
 
"Secara keseluruhan, kami secara luas melihat tekanan yang meningkat terwujud di ruang negara berkembang saat pesimisme memudar, bank sentral semakin mendekati akhir siklus kenaikan, dan penyesuaian JGB 10 tahun," tegas dia.
 
Sebagai rangkuman, The Fed dan bank sentral eropa masing-masing telah melakukan kenaikan suku bunga sebesar 450 bps dan 300 bps. Bagi kedua bank sentral tersebut, suku bunga kebijakan telah kembali ke tingkat yang tidak pernah terlihat sejak krisis keuangan global pada 2008. 

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan