baca juga: Ramai Seruan Boikot, Starbucks Bantah Kirim Keuntungan ke Israel |
Jaringan kedai kopi terbesar di dunia ini juga tidak mencapai ekspektasi pasar terhadap hasil kuartal pertama karena melambatnya permintaan kopi dan minuman dingin di Amerika Serikat.
CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan perusahaan melihat dampak signifikan terhadap lalu lintas dan penjualan di Timur Tengah akibat konflik tersebut.
"Dampaknya juga meluas ke AS ketika beberapa konsumen melancarkan protes dan kampanye boikot yang meminta perusahaan tersebut mengambil sikap terhadap masalah ini," jelas Laxman, dilansir Channel News Asia, Rabu, 31 Januari 2024.
Perusahaan tersebut dalam pernyataannya pada 2023 di situs webnya mengatakan mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor mereka telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.
Meskipun Starbucks berupaya untuk memitigasi hambatan di AS melalui upaya-upaya termasuk penawaran promosi, rencana tersebut memerlukan waktu untuk terwujud.
Pertumbuhan penjualan merosot
Perusahaan kini memperkirakan penjualan setahun penuh, baik secara global maupun di AS, akan tumbuh antara empat persen dan enam persen, turun dari kisaran pertumbuhan sebelumnya sebesar lima persen hingga tujuh persen.Sementara penjualan serupa di Tiongkok naik 10 persen pada kuartal yang berakhir pada 31 Desember 2024 atau membaik dari kenaikan lima persen pada kuartal sebelumnya.
Starbucks mengatakan pemulihan masih lebih lambat dari ekspektasi karena konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja.
Segmen internasionalnya mencatat kenaikan penjualan di toko yang sama sebesar tujuh persen, meleset dari perkiraan analis sebesar 12,07 persen.
Hal ini mendorong pertumbuhan penjualan di toko yang sama secara global sebesar lima persen di bawah ekspektasi kenaikan 6,98 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News