Mengutip Yahoo Finance, Sabtu, 29 Juni 2024, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, turun 0,05 persen pada 105,84, dan euro menguat 0,1 persen pada USD1,0713.
Dolar pada awalnya melemah terhadap yen, pasangan mata uang yang paling sensitif terhadap data ekonomi AS karena korelasi yang tinggi dan positif terhadap imbal hasil Treasury.
Namun, Greenback menguat dan diperdagangkan datar, dengan investor masih fokus pada perbedaan suku bunga yang besar antara AS dan Jepang.
Dolar terakhir naik tipis terhadap mata uang Jepang pada 160,815 yen, dimana sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 38 tahun terakhir pada 161,27 yen. Para pedagang tetap waspada terhadap intervensi dari otoritas Jepang untuk meningkatkan mata uangnya.
Mata uang AS telah membukukan kenaikan bulanan dan kuartalan terhadap yen masing-masing sekitar 1,9 persen dan 5,9 persen.
Indeks PCE AS mendatar
Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed, tidak berubah pada bulan lalu, dan mengikuti kenaikan 0,3 persen yang tidak direvisi pada April. Dalam 12 bulan hingga Mei, indeks harga PCE meningkat 2,6 persen setelah naik 2,7 persen di bulan April.
"Laporan PCE sebagian besar sesuai dengan ekspektasi, yang mengkonfirmasi tren disinflasi seperti yang ditunjukkan oleh angka CPI (indeks harga konsumen), PPI (indeks harga produsen) awal bulan ini. Data makro terus menunjukkan melemahnya perekonomian AS," kata Boris Kovacevic, ahli strategi makro global di Convera di Wina, Austria.
Menyusul data inflasi, dana berjangka Fed sedikit meningkatkan kemungkinan pelonggaran pada September menjadi sekitar 67 persen, dari sekitar 65 persen pada akhir Kamis, menurut perhitungan LSEG. Pasar juga memperkirakan antara satu atau dua kali penurunan suku bunga sebesar 25 bps setiap tahunnya pada tahun ini.
Laporan terpisah pada Kamis menunjukkan aktivitas bisnis di Midwest berjalan lebih baik dari yang diharapkan, sehingga sedikit membantu dolar. Indeks manajer pembelian (PMI) Chicago melonjak menjadi 47,4 dari 35 pada periode Mei, dan lebih baik dari 40 yang diproyeksikan oleh para ekonom.
Sementara itu, sentimen konsumen Universitas Michigan menunjukkan pembacaan yang lebih baik dari perkiraan sebesar 68,2 untuk periode Juni, yang juga mendukung dolar. Selain itu, responden survei sentimen memperkirakan ekspektasi inflasi jangka pendek dan jangka panjang akan stabil di angka tiga persen.
Investor sekarang akan fokus pada laporan nonfarm payrolls AS minggu depan, di mana para ekonom Wall Street memperkirakan kenaikan sebesar 195 ribu pada Juni, dibandingkan dengan 272 ribu pada Mei.
"Laporan ketenagakerjaan minggu depan akan memberi kita kesempatan untuk melihat apakah pasar kerja melambat," kata David Donabedian, kepala investasi CIBC Private Wealth, dalam komentar emailnya.
"Angka ini akan menjadi kejutan besar bagi sisi negatifnya untuk menunjukkan The Fed akan bertindak pada Juli untuk menurunkan suku bunganya. Kami memperkirakan The Fed akan tetap bertahan kecuali pasar kerja mulai goyah," tambah dia.
| Baca juga: Tampil Buruk di Debat Capres AS, Biden Dibela Wapres Kamala Harris |
Debat perdana capres AS
Pada mata uang lainnya, euro naik 0,1 persen pada USD1,0709. Euro, yang turun 1,3 persen terhadap dolar pada Juni, berada di jalur penurunan bulanan terbesar sejak Januari karena ketidakpastian politik menjelang pemilihan umum Prancis. Untuk kuartal kedua, mata uang tunggal Eropa turun 0,7 persen.
Para investor khawatir pemerintahan Prancis yang baru dapat meningkatkan pengeluaran fiskal, yang mengancam keberlanjutan utang publik negara tersebut dan stabilitas keuangan blok tersebut. Terhadap franc Swiss, dolar sedikit berubah pada 0,8986 franc.
Selain data ekonomi, pelaku pasar juga fokus pada politik AS. Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump melancarkan serangkaian serangan palsu terhadap Presiden Joe Biden dalam debat kampanye pertama mereka di Atlanta, dengan nilai tukar dolar menguat karena Biden beberapa kali tersendat dalam perdebatan awal.
Perdebatan tersebut meningkatkan kemungkinan Trump menjadi presiden dan penerapan tarif impor. Para pedagang membeli dolar secara keseluruhan ketika pemerintahan Trump menyarankan tarif yang lebih agresif yang dapat menyebabkan inflasi dan dapat memicu suku bunga yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id