Jakarta: Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyampaikan saat ini kondisi perekonomian dunia masih dibayangi oleh ketidakpastian yang dipenuhi dengan volatility, uncertainty, complexity, serta ambiguity. Hal ini tentunya harus disikapi dengan hati-hati, apalagi Indonesia akan menggelar KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Destry mengatakan, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) beberapa kali telah melakukan revisi dalam proyeksinya. Terakhir pada Oktober ini, IMF telah melakukan revisi ke bawah atas pertumbuhan dunia yang mencapai 3,2 persen untuk 2022 dan menurun menjadi sebesar 2,7 persen di akhir 2023.
"Dengan kondisi gejolak perekonomian global yang saat ini masih terus berlangsung, tentunya kita harus sikapi hal tersebut secara hati-hati," ujar Destry dalam acara Indonesia's Strategic Role in the G20: Expert Perspectives, Kamis, 27 Oktober 2022.
Destry menjelaskan, kondisi ketidakpastian ini semakin terakumulasi dengan terjadinya inflasi akibat adanya global supply shock yang diperparah dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, kemudian ada kebijakan proteksionisme dan gangguan iklim.
Kemudian, kondisi ini juga diperburuk dengan adanya pengambilan kebijakan bank sentral, khususnya di mulai di negara-negara maju yang sangat agresif dengan meningkatkan suku bunga yang pada akhirnya hal ini justru memicu risiko resesi di negara maju dan akhirnya akan spillover ke negara-negara berkembang.
"Reaksi kebijakan yang diambil suatu negara, pasti akan memengaruhi kondisi perekonomian negara lainnya dan hal ini justru menjadi crisis circle yang tidak ada ujungnya," tuturnya.
Oleh sebab itu, menurut Destry, diperlukan sebuah sinergi dan semangat untuk pemulihan bersama dan mencari solusi atas krisis yang terjadi. Dalam Presidensi G20, Indonesia dapat memprioritaskan agar setiap anggota dapat menyuarakan pandangannya agar tema G20: recover together, recover stronger akan menjadi relevan.
"Presidensi G20 Indonesia berusaha untuk terus mempertahankan tujuan pembangunan global, yaitu mendorong perekonomian global yang lebih kuat, berkelanjutan, imbang, dan inklusif," pungkasnya.
(FICKY RAMADHAN)
Destry mengatakan, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) beberapa kali telah melakukan revisi dalam proyeksinya. Terakhir pada Oktober ini, IMF telah melakukan revisi ke bawah atas pertumbuhan dunia yang mencapai 3,2 persen untuk 2022 dan menurun menjadi sebesar 2,7 persen di akhir 2023.
"Dengan kondisi gejolak perekonomian global yang saat ini masih terus berlangsung, tentunya kita harus sikapi hal tersebut secara hati-hati," ujar Destry dalam acara Indonesia's Strategic Role in the G20: Expert Perspectives, Kamis, 27 Oktober 2022.
Destry menjelaskan, kondisi ketidakpastian ini semakin terakumulasi dengan terjadinya inflasi akibat adanya global supply shock yang diperparah dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, kemudian ada kebijakan proteksionisme dan gangguan iklim.
Baca juga: BI: Presidensi G20 Dorong Ekonomi Global Kuat dan Berkelanjutan |
Kemudian, kondisi ini juga diperburuk dengan adanya pengambilan kebijakan bank sentral, khususnya di mulai di negara-negara maju yang sangat agresif dengan meningkatkan suku bunga yang pada akhirnya hal ini justru memicu risiko resesi di negara maju dan akhirnya akan spillover ke negara-negara berkembang.
"Reaksi kebijakan yang diambil suatu negara, pasti akan memengaruhi kondisi perekonomian negara lainnya dan hal ini justru menjadi crisis circle yang tidak ada ujungnya," tuturnya.
Oleh sebab itu, menurut Destry, diperlukan sebuah sinergi dan semangat untuk pemulihan bersama dan mencari solusi atas krisis yang terjadi. Dalam Presidensi G20, Indonesia dapat memprioritaskan agar setiap anggota dapat menyuarakan pandangannya agar tema G20: recover together, recover stronger akan menjadi relevan.
"Presidensi G20 Indonesia berusaha untuk terus mempertahankan tujuan pembangunan global, yaitu mendorong perekonomian global yang lebih kuat, berkelanjutan, imbang, dan inklusif," pungkasnya.
(FICKY RAMADHAN)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News