Dikutip Xinhua, Sabtu, 24 Juni 2023, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir USD0,35 atau 0,50 persen menjadi menetap pada USD69,16 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot USD0,29 atau 0,39 persen menjadi menetap pada USD73,85 per barel di London ICE Futures Exchange.
Bank sentral global kerek suku bunga
Adapun, Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali pada tahun ini. Ramalan ini dinilai menjadi yang paling masuk akal, menurut Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly.
Wakil Presiden Senior Perdagangan di BOK Financial Dennis Kissler mengatakan, tampaknya ada jenis perdagangan risk back off yang meningkat sekarang dalam minyak mentah. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan suku bunga di Uni Eropa dan angka stimulus yang mengecewakan dari Tiongkok.
"Kenaikan suku bunga Bank Sentral Inggris memicu likuidasi dana dan produsen energi bergerak ke mentalitas lindung nilai sekarang," tambah Kissler.
Diketahui, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Penghindaran risiko di kalangan investor juga mendorong nilai dolar AS, yang menekan harga minyak dengan membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Pedagang minyak di pasar global terus menghitung harga dalam resesi global dan berdasarkan apa yang kita lihat pada kurva imbal hasil Jerman dan data pagi ini dari zona euro, mereka mungkin mendapatkan keinginan mereka," ungkap analis senior di The PRICE Futures Group Phil Flynn.
Baca juga: BI Bakal Perkuat Nilai Tukar Rupiah, Bagaimana Caranya? |
Resesi Eropa semakin dekat
Menurut Flynn, kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa baru-baru ini sebesar 50 basis poin membantu kurva imbal hasil Jerman paling terbalik sejak 1992. Ini menjadi sebuah tanda bagi beberapa orang yang yakin resesi sudah di depan mata.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) komposit awal Prancis berada di 47,3 pada Juni, turun dari 51,2 pada bulan sebelumnya dan PMI komposit Jerman turun menjadi 50,8 pada Juni dari 53,9 pada Mei, di bawah ekspektasi analis untuk pembacaan 53,6, menurut data.
Namun demikian, WTI rebound dari level terendah hariannya di UDS67,35 per barel, berkat dukungan teknis yang kuat. Analis pemasok informasi pasar FX Empire mengatakan, minyak WTI rebound dari support kuat menjadi USD67,5 per barel meskipun ada kekhawatiran resesi.
"Jika minyak WTI menetap di bawah level ini, pedagang akan memperkirakan aksi jual besar-besaran," kata Zernov.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News