"Ini adalah raihan semester tertinggi untuk investasi energi terbarukan, didukung oleh rekor modal ventura dan pendanaan ekuitas swasta," ujarnya dalam diskusi Advancing G20 Solar Leadership, Kamis, 27 Oktober 2022.
Pada paruh pertama tahun ini, investasi dalam proyek energi terbarukan skala besar tercatat naik 12 persen dibanding 2021 lalu. Secara global, proyek tenaga surya skala besar dan kecil baru mengumpulkan USD120 miliar, naik 33 persen dari paruh pertama di 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Fabby menyebut, dari perkiraan BloombergNEF untuk hasil perhitungan Levelized Cost of Energy (LCoE) atau biaya listrik rata-rata untuk solar panel atau PV skala utilitas dan angin darat masing-masing naik menjadi USD45 dan USD46 per megawatt jam (MWh) di tahun ini.
Baca juga: Kebut Transisi Energi, Airlangga: Harus Adil, Terjangkau, dan Dapat Diakses Semua Orang! |
Fabby menerangkan konflik berkepanjangan Rusia dan Ukraina telah membuat bahan bakar fosil menjadi lebih mahal, seperti harga minyak dunia yang sempat menembus di atas USD100 per barel. Hal tersebut menyadarkan pembuat kebijakan di banyak negara maju lebih memilih untuk meningkatkan penyebaran energi terbarukan.
"Ini adalah krisis harga bahan bakar fosil, bukan seluruh energi. Krisis ini dapat mengganggu transisi energi jangka pendek," kata dia.
Fabby menambahkan, penggunaan panel solar sebagai sumber listrik telah diterapkan di banyak negara, karena dinilai berharga dalam krisis energi global 2022. Harga pemakaian PV diklaim tetap kompetitif meskipun bahan baku PV seperti polisilikon, baja, dan aluminium tinggi dalam dua tahun terakhir.
"Kedua, tidak diperlukan terobosan teknologi, karena teknologi baru karena sel surya terus berkembang. Tipe wafer solar mono 182 milimeter sekarang menjadi standar, naik dari 166 milimeter tahun lalu," pungkasnya.