Volume perdagangan tipis karena hari libur pasar di sebagian besar Asia, untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Melansir Investing.com, Senin, 12 Februari 2024, minyak Brent yang akan berakhir April 2024 turun 0,5 persen menjadi USD81,78 per barel.
Sementara minyak WTI turun 0,6 persen menjadi USD76,35 per barel pukul 08.20 WIB. Keduanya naik sekitar lima persen sampai enam persen dalam seminggu terakhir.
Harga minyak naik tajam setelah Israel menolak proposal gencatan senjata dari Hamas dan melanjutkan serangan udara mematikan di Jalur Gaza. Langkah ini menyiratkan sedikit de-eskalasi dalam konflik tersebut, dan membuat traders mulai memperhitungkan premi risiko yang lebih besar dari perang tersebut.
Perang Israel-Hamas telah menjadi titik kunci dukungan untuk minyak dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena traders mulai memperhitungkan kemungkinan meningkatnya gangguan pasokan minyak global akibat konflik tersebut.
Serangan-serangan oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Laut Merah juga terus menyebabkan gangguan pada aktivitas pengiriman. Pasar kini menunggu isyarat lebih lanjut dari wilayah tersebut.
Kekhawatiran atas Timur Tengah membuat harga minyak sebagian besar naik menepis pemulihan produksi AS, yang naik ke rekor tertinggi di Februari setelah gangguan produksi terkait cuaca dingin.
Tetapi pasokan bahan bakar AS diperketat oleh beberapa kilang yang masih tutup karena pemeliharaan. Minyak bensin telah melonjak hampir sembilan persen pada minggu sebelumnya, kendati apakah tren ini akan berlanjut masih diragukan, mengingat permintaan bahan bakar AS juga terlihat melemah dalam cuaca dingin.
Baca juga: Inflasi hingga Pertumbuhan Ekonomi Jepang Jadi Sorotan Pasar Keuangan Minggu Ini |
Laporan OPEC dan IEA
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan merilis laporan bulanan pada Selasa, sementara Badan Energi Internasional (IEA) akan merilis laporan bulanannya pada Kamis mendatang.
Pasar agak tidak yakin apakah keduanya akan mempertahankan perkiraan permintaan minyak untuk 2024 dan 2025, mengingat permintaan kemungkinan akan mengalami tekanan dari suku bunga AS yang tinggi lebih lama pada tahun ini.
Isyarat lebih lanjut tentang suku bunga AS juga akan dirilis dari angka inflasi utama yang akan hadir pada Selasa. Inflasi indeks harga konsumen AS diperkirakan akan tetap tinggi di Januari, sebuah skenario yang memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News