Analis komoditas Andy Nugraha menjelaskan, sinyal teknikal menunjukkan tekanan jual yang semakin dominan.
“Formasi candlestick harian dan pergerakan di bawah garis Moving Average (MA) memperlihatkan kecenderungan bearish jangka pendek. Jika momentum jual berlanjut, harga berpeluang menguji area psikologis USD4.000,” ujarnya.
Namun, Andy menambahkan, jika level tersebut bertahan, potensi rebound teknikal masih terbuka dengan target kenaikan menuju USD4.183.
Dari sisi fundamental, penurunan harga emas turut dipengaruhi oleh turunnya permintaan fisik serta meningkatnya minat terhadap aset berisiko.
Optimisme baru muncul setelah muncul sinyal positif dari hubungan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok. Beberapa laporan menyebutkan, Gedung Putih kemungkinan menunda rencana penerapan tarif 100% terhadap seluruh impor Tiongkok yang semula dijadwalkan mulai 1 November.
Nada yang lebih moderat dari pemerintahan Presiden Donald Trump membuat pasar saham kembali menguat, sementara Dolar AS mendapat dorongan tambahan sebagai dampak peningkatan selera risiko.
Kendati demikian, Andy mengingatkan bahwa ketidakpastian global belum mereda sepenuhnya.
“Pernyataan Trump yang kerap berubah arah serta negosiasi dagang yang fluktuatif membuat pelaku pasar tetap berhati-hati. Dalam kondisi seperti ini, emas masih memegang peran penting sebagai aset lindung nilai,” ujarnya.
Kebijakan moneter The Fed
Faktor lain yang menjadi sorotan adalah arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed). Ekspektasi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga memberi dukungan jangka menengah bagi harga emas. Jika The Fed bersikap lebih dovish, biaya peluang memegang emas akan menurun dan berpotensi mendorong harga kembali ke atas USD4.200 per troy ounce.Sementara itu, penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS yang telah berlangsung selama empat pekan berturut-turut turut menambah lapisan ketidakpastian di pasar keuangan global. Kondisi ini membuat sebagian investor memilih tetap mempertahankan posisi di emas sebagai bentuk perlindungan terhadap risiko politik dan fiskal.
Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) bergerak mendekati 98,84, level tertinggi dalam sepekan, menandai penguatan tiga hari berturut-turut terhadap enam mata uang utama dunia. Penguatan Dolar ini menjadi tekanan tambahan bagi emas dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, meski tren harga emas saat ini tengah melemah, prospek jangka menengahnya dinilai masih positif. Kombinasi dari kebijakan moneter longgar, ketegangan geopolitik, serta ketidakpastian fiskal di AS diyakini akan terus menjaga daya tarik emas sebagai aset safe haven hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id