Meski demikian, Biden masih akan pergi ke Hiroshima, Jepang, untuk berpartisipasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Tujuh (KTT G7). KTT organisasi internasional yang mencakup tujuh negara terbesar di dunia dengan ekonomi maju tersebut akan berlangsung selama tiga hari, 19-21 Mei 2023.
"Biden akan kembali ke Washington setelah KTT selesai untuk pertemuan dengan para pemimpin kongres guna memastikan kongres mengambil tindakan pada tenggat waktu untuk mencegah gagal bayar," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Antara, Rabu, 17 Mei 2023.
Diketahui, keputusan memangkas waktu perjalanan Biden ke Asia Pasifik itu diambil saat orang nomor satu AS tersebut bertemu dengan para pemimpin kongres dari Partai Demokrat dan Republik di Kantor Oval mengenai masalah pagu utang.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengungkapkan, AS bisa gagal membayar kewajiban utangnya setelah 1 Juni jika pertarungan partisan berlarut-larut tanpa penyelesaian.
Karena itu, Yellen mendesak Kongres AS untuk menaikkan batas utang federal hingga USD31,4 triliun. Desakan itu diperuntukkan mencegah gagal bayar utang 'Negeri Paman Sam' yang disebut bakal memicu malapetaka global.
Sebab, tanpa adanya konsensus dalam Kongres AS untuk menaikkan pagu utang, AS berpotensi mengalami gagal bayar per Juni 2023. Kondisi tersebut disorot banyak pihak karena dampak rambatannya.
Kenaikan plafon utang ditolak Kongres
Pada pertemuan Selasa, 9 Mei 2023, Biden dan para pemimpin Kongres tidak mencapai kesepakatan dalam menaikkan plafon pinjaman pemerintah untuk memenuhi kewajiban keuangannya.
Ketua DPR Kevin McCarthy, seorang Republikan yang merupakan partai oposisi, menolak menaikkan plafon utang pemerintah. Ia lebih memilih agar Pemerintah AS menyesuaikan anggaran belanja negara ketimbang menambah plafon utang.
"DPR menaikkan plafon utang secara bertanggung jawab. Pada saat yang sama batasi pengeluaran kita, beri kita pertumbuhan ekonomi," ketusnya.
Ia menyadari jika kegagalan menaikkan plafon utang AS tidak hanya bisa memicu resesi di dalam negeri, tetapi juga bisa memicu gelombang kejutan ke pasar keuangan global.
Namun ia lebih berharap agar Biden bisa memaksimalkan penggunaan anggaran negara. Caranya, dengan memotong anggaran belanja negara agar tidak menumpuk utang dan bisa lebih kuat dalam mendorong perekonomian domestik.
"Saya mengajukan pertanyaan sederhana ini kepada Presiden, apakah ia tidak yakin ada celah dimana kita bisa menyetujui penghematan?" tuturnya.
Baca juga: Gawat, IMF Bunyikan Alarm Keras Jika AS Gagal Bayar Utang, Apa Dampaknya? |
Default picu penurunan ekonomi global
Sebelumnya, Yellen memperingatkan default akan memicu penurunan perekonomian global dan juga akan berisiko merusak kepemimpinan ekonomi global oleh AS. Selain itu, menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan AS mempertahankan kepentingan keamanan nasional.
"Kenaikan suku bunga sejauh ini telah merugikan beberapa negara, terutama yang berada dalam kesulitan utang dan menghadapi kerentanan," kata Juru Bicara International Monetary Fund (IMF) Julie Kozack.
IMF memperkirakan 15 persen negara berpenghasilan rendah berada dalam kesulitan utang dan 45 persen berisiko, dan sudah melihat pertumbuhan global selama lima tahun ke depan sebagai yang terlemah dalam lebih dari tiga dekade.
Pemerintah AS diketahui telah mencapai batas maksimum pinjaman pada Januari, dan Departemen Keuangan telah menggunakan langkah-langkah akuntansi khusus. Yellen telah memberi tahu Kongres langkah-langkah itu bisa habis paling cepat 1 Juni.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News