Direktur Pelaksana IMF Kristalina Giorgieva mengatakan jumlah orang yang rawan pangan akut meningkat jadi 345 juta di 82 negara menurut World Food Programme (WFP). Kondisi ini semakin diperparah dengan kenaikan harga energi dan pangan dan larangan ekspor di berbagai negara.
baca juga: IMF: Tiongkok Butuh Lebih Banyak Dukungan Fiskal untuk Lawan Perlambatan Covid-19 |
"Lebih buruk lagi, sekitar 25 negara telah bereaksi terhadap harga pangan yang lebih tinggi dengan mengadopsi pembatasan ekspor yang mempengaruhi lebih dari delapan persen perdagangan pangan global," kata dia dalam side event G20 di Nusa Dua Bali, Sabtu, 16 Juli 2022.
Selain itu, kenaikan harga pupuk dua kali lipat selama setahun terakhir juga memperumit respons untuk ketersediaan pasokan makanan. Pasokan pangan global yang terus meningkat selama dekade terakhir juga dinilai perlu dilepaskan untuk menurunkan harga.
"Semua ini terjadi pada saat ruang fiskal untuk tindakan pemerintah sudah sangat dibatasi setelah pandemi covid-19. Di luar jangka pendek, perubahan iklim secara struktural mempengaruhi produktivitas pertanian di banyak negara," ungkapnya.
Oleh karena itu, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's) memerlukan tindakan jangka pendek dan jangka panjang di empat bidang utama. Keempat langkah ini disebut IMF dapat membantu masyarakat global terhindar dari kerawanan krisis pangan yang meningkat.
"Pertama, memberikan dukungan segera kepada yang rentan, memfasilitasi perdagangan dan pasokan makanan internasional, meningkatkan produksi, dan berinvestasi dalam pertanian yang tahan iklim," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News