Sementara itu pasar tengah memantau perkembangan terbaru dalam perang di Ukraina dan investor mempertimbangkan tarif baru yang berat dari AS terhadap India, konsumen minyak mentah terbesar ketiga di dunia.
Melansir Channel News Asia, Rabu, 27 Agustus 2025 kontrak berjangka minyak Brent naik 1 sen menjadi USD67,32 per barel pada pukul 0354 GMT, sementara kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 8 sen menjadi USD63,33.
Kedua kontrak tersebut turun lebih dari 2 persen pada Selasa setelah memulai pekan ini di level tertinggi dalam dua pekan.
“Banyak ketidakpastian tentang bagaimana kebuntuan di Ukraina mungkin diselesaikan, yang menandakan volatilitas untuk minyak mentah tetapi kemungkinan dalam rentang yang relatif kecil,” kata pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights, Vandana Hari.
Seperti diketahui, utusan khusus AS Steve Witkoff mengatakan pada Selasa bahwa ia akan bertemu dengan perwakilan Ukraina di New York minggu ini, sambil menambahkan bahwa Washington juga sedang bernegosiasi dengan Rusia dalam upaya untuk mengakhiri perang.
Baca juga: Misbakhun Ingatkan Pemerintah Siapkan Skenario Lonjakan Harga Minyak |
Selain itu, rencana AS untuk memberlakukan tarif tambahan 25 persen pada ekspor India pada pukul 12:01 dini hari EDT (0401 GMT) pada Rabu, yang akan menaikkan tarif menjadi 50 persen secara keseluruhan dan termasuk yang tertinggi yang dikenakan oleh Washington, membuat para pedagang bingung tentang arah pasar.
Presiden Donald Trump mengatakan tarif yang lebih tinggi ini merupakan akibat dari pembelian minyak Rusia oleh India, yang meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina karena sanksi Barat membuat Rusia menurunkan harga kargonya.
Perusahaan pengolahan minyak India awalnya mengurangi pembelian minyak mentah Rusia setelah pengumuman tarif AS dan setelah sanksi Uni Eropa yang lebih ketat terhadap perusahaan pengolahan minyak India yang didukung Rusia, Nayara Energy.
Namun, perusahaan minyak milik negara Indian Oil dan Bharat Petroleum telah kembali membeli pasokan Rusia untuk September dan Oktober, menurut sumber perusahaan pekan lalu. Indian Oil, perusahaan minyak terbesar di India, mengatakan akan terus membeli minyak mentah Rusia tergantung pada kondisi ekonomi.
Hal ini membuat beberapa analis mempertanyakan seberapa besar dampak tarif AS yang lebih tinggi terhadap pembelian India.
“Tarif sekunder belum cukup untuk menghentikan India membeli minyak Rusia. Pasar akan memantau aliran minyak Rusia ke India dengan cermat ke depan untuk menilai dampak, jika ada, dari tarif sekunder,” kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING, dalam sebuah catatan.
Perang di Ukraina juga mempengaruhi pasar minyak dengan cara lain, karena serangan drone Ukraina terhadap kilang minyak Rusia telah mengurangi operasinya, sehingga mereka harus mengekspor minyak mentah yang tidak dapat diolah.
Rusia telah menaikkan rencana ekspor minyak mentahnya dari pelabuhan barat sebesar 200.000 barel per hari pada Agustus dari jadwal awal setelah serangan pekan lalu, kata tiga orang yang mengetahui masalah tersebut pada Selasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id