baca juga: Investor Gelisah, Wall Street 'Ambrol'! |
Indeks S&P 500 telah turun untuk sesi keempat berturut-turut semalam dan rem telah datang pada reli yang telah berlangsung hampir dua bulan. Minyak juga turun tajam, dengan minyak brent berjangka mendarat di USD79,50 per barel, seperti di awal tahun.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang melemah 0,4 persen dan indeks Nikkei Jepang merosot 0,5 persen.
"Kita mungkin sedang beralih dari situasi mengkhawatirkan tentang inflasi dan suku bunga, ke situasi di mana hal negatif menjadi pelemahan pertumbuhan dan penurunan laba," ujar Kepala Strategi Investasi di AMP Australia Shane Oliver, dikutip dari Antara, Rabu, 7 Desember 2022.
Induk Facebook, Meta juga menyeret turun pasar, dengan sahamnya merosot 6,8 persen, menyusul laporan regulator Uni Eropa telah memutuskan perusahaan perlu bertanya kepada pengguna sebelum menjalankan iklan berdasarkan data pribadi mereka.
Di Amerika Serikat, bank-bank besar bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan karena inflasi dan kenaikan suku bunga mengancam permintaan konsumen, dengan para eksekutif puncak di Goldman Sachs, J.P. Morgan dan Bank of America semuanya terdengar suram dalam sambutannya pada Selasa, 6 Desember 2022.
"Pertumbuhan ekonomi melambat," kata CEO Goldman Sachs David Solomon.
Kekhawatiran pertumbuhan mendorong obligasi bertenor lebih lama dan membantu safe haven dolar AS untuk menghentikan penurunannya baru-baru ini.
Imbal hasil obligasi AS 10-tahun turun 8,6 basis poin menjadi 3,513 persen semalam dan terakhir di 3,5442 persen. Itu lebih dari 80 basis poin di bawah imbal hasil dua tahun karena investor memperhitungkan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Pedagang di Asia dengan cermat menimbang prospek pelonggaran kontrol Covid-19 Tiongkok dan artinya bagi ekonomi terbesar kedua dunia dan permintaan regional. Beijing sudah mengizinkan penduduk masuk ke taman, supermarket, kantor, dan bandara tanpa tes.
"Ini saja akan mulai membuat perbedaan pada angka konsumsi jika direplikasi di seluruh negeri," kata ahli strategi BNY Mellon, Geoff Yu.
Harga minyak telah merosot dengan ekspektasi permintaan yang menurun dan sekarang duduk lebih dari 40 persen di bawah level tertinggi hampir USD 140 per barel yang terjadi tak lama setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Di pasar valuta asing, dolar berusaha stabil setelah kegembiraan tentang perlambatan kenaikan suku bunga AS telah menjatuhkannya dari level tertinggi tahun ini.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News