Perusahaan energi Jerman, Uniper, mengonfirmasi Gazprom telah mengklaim terjadinya force majeure pada pasokannya. Force majeure, sebuah istilah hukum, terjadi ketika keadaan tak terduga mencegah satu pihak memenuhi kewajiban kontraktualnya dan secara teori membebaskan mereka dari hukuman.
"Memang benar kami telah menerima surat dari Gazprom Export, perusahaan mengklaim force majeure untuk kekurangan pengiriman gas di masa lalu dan saat ini. Kami menganggap ini tidak dapat dibenarkan dan secara resmi menolak klaim force majeure tersebut," kata Juru Bicara Uniper Lucas Wintgens, dilansir dari CNBC International, Selasa, 26 Juli 2022.
RWE, perusahaan energi Jerman lainnya, mengonfirmasi mereka juga telah menerima pemberitahuan force majeure dari Gazprom. Sedangkan Gazprom tidak segera dapat dimintai komentar ketika dihubungi oleh CNBC International.
Baca: AKR Corporindo Catat Peningkatan Laba 72% di Semester I-2022 |
Pejabat di Jerman dan di tempat lain di Eropa menjadi semakin khawatir tentang kemungkinan penghentian total pasokan gas dari Rusia. Ketakutan ini meningkat setelah Nord Stream 1 -pipa gas utama dari Rusia ke Jerman- ditutup awal bulan ini untuk pekerjaan pemeliharaan, dengan beberapa keraguan aliran akan pulih sepenuhnya setelah pekerjaan selesai pada 21 Juli.
Negara-negara Eropa menerima sekitar 40 persen impor gas mereka dari Rusia sebelum menginvasi Ukraina. Pejabat Eropa telah berusaha keras untuk mengakhiri ketergantungan ini, tetapi itu adalah proses yang mahal dan sulit dicapai dalam semalam.
Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, telah mengumumkan kesepakatan gas baru dengan Amerika Serikat (AS) dan Azerbaijan. Hal itu dilakukan karena mencari pemasok baru bahan bakar fosil. "Ini jelas merupakan wilayah yang belum dipetakan dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam bentuk ini," pungkas Kepala Analisis Energi ICIS Andreas Schroeder.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News