Langkah tersebut mengikuti keputusan Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar tiga perempat poin persentase untuk bulan kedua berturut-turut guna menjinakkan inflasi yang melonjak ke level tertinggi baru empat dekade.
| baca juga: Jelang Rapat The Fed, Wall Street Terkoreksi |
"Langkah hari ini adalah pengakuan lebih lanjut dari Federal Reserve itu terlalu murah hati dengan kebijakan moneternya pada tahun 2021 dan bahwa ia mencoba untuk membalikkan keadaan dengan cepat," kata Kepala Investasi di Running Point Capital Advisors Michael Ashley Schulman dikutip dari Antara, Kamis, 28 Juli 2022.
Ketua Fed Powell selama konferensi pers pada memperkirakan kenaikan suku bunga yang luar biasa besar pada pertemuan berikutnya karena pasar tenaga kerja yang sangat ketat dan inflasi yang tinggi.
"Ini obat yang sulit, tetapi The Fed perlu menangani inflasi demi semua orang," kata Analis Industri Senior di Perusahaan Jasa Keuangan Bankrate Ted Rossman.
"Dan pengecer seperti Walmart menunjukkan permintaan konsumen melambat karena semua alasan ini. Sementara tidak menyenangkan bagi peminjam, ini mungkin sinyal kenaikan suku bunga mulai melakukan pekerjaan mereka," tambah Rossman.
Bank sentral berjalan di atas tali yang ketat karena langkah agresifnya untuk membasmi inflasi dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.
"Jika AS memasuki resesi sekarang, itu akan menjadi resesi yang paling tidak biasa dengan kredit berlimpah, pengangguran rendah dan inflasi tinggi, dinamika luar biasa yang biasanya tidak terkait dengan perlambatan ekonomi," kata Schulman.
Bank biasanya memperoleh keuntungan dari suku bunga tinggi karena mereka memperoleh selisih antara suku bunga pinjaman dan biaya pinjaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id