Dikutip dari Xinhua, Rabu, 15 November 2023, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 1,50 persen menjadi 104,0610 pada penutupan perdagangan. Ini menjadi level terendah sejak awal September.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja, Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) pada Oktober 2023 melaporkan tingkat harga di Negeri Paman Sam datar (0,0 persen) secara bulanan (mom) dan 3,2 persen secara tahunan (yoy).
Tidak termasuk harga pangan dan energi yang fluktuatif, CPI (inflasi) inti tumbuh sebesar 0,2 persen (mom) dan 4,0 persen (yoy), dibandingkan perkiraan sebesar 0,3 persen (mom) dan 4,1 persen (yoy). Angka tahunan tersebut merupakan kenaikan terkecil sejak September 2021.
Kondisi tersebut membuat pasar saham merespons melonjak menyusul berita tersebut, sementara imbal hasil Treasury AS turun secara signifikan.
Diketahui, imbal hasil Treasury 10-tahun turun lebih dari 18 basis poin menjadi 4,4 persen, dan imbal hasil Treasury 30-tahun turun sekitar 13 basis poin menjadi 4,61 persen, sehingga menyeret dolar AS ke level terendah.
Kondisi ini membuat para ahli strategi optimistis jika bank sentral AS Federeal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan selesai menaikkan suku bunganya.
"IHK Oktober lemah di sisi jasa, dan angka bulan November seperti ini tidak akan memenuhi standar yang sebelumnya kami tetapkan untuk kenaikan tambahan di bulan Desember," tulis kepala ekonom di Morgan Stanley, Ellen Zentner.
"Kami pikir inflasi yang lemah dan kondisi keuangan yang masih ketat akan membuat The Fed menahan diri," sambung dia.
Baca juga: Inflasi AS Mulai Jinak, Fed Bakal Pangkas Suku Bunga? |
Kemungkinan kenaikan suku bunga Fed kecil
Menurut CME FedWatch Tool, kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2023 berada di bawah 10 persen. Selain itu, pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga pada Mei 2024.
"Pasar memberi tahu Anda bahwa mereka mengharapkan The Fed untuk mulai melakukan pelonggaran lebih cepat. Saya kira, awal 2024," kata kepala strategi pendapatan tetap Charles Schwab, Kathy Jones.
Beberapa ahli memperingatkan The Fed belum mencapai targetnya untuk mengendalikan inflasi di bawah dua persen.
"Secara keseluruhan, laporan CPI bulan Oktober memberi para pejabat Fed keyakinan lebih besar bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang kuat, sehingga akan menahan kenaikan suku bunga tambahan," terang ekonom utama AS di Oxford Economics, Michael Pearce.
"Namun, proses disinflasi masih harus berjalan, dan jalan menuju melemahnya inflasi jasa bergantung pada berlanjutnya pendinginan kondisi pasar tenaga kerja, sehingga masih memerlukan waktu yang lama sebelum The Fed dapat mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga," ucap Pearce.
Pada penutupan perdagangan, euro menguat menjadi USD1,0881 dari USD1,0702 pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris meningkat menjadi USD1,2499 dari USD1,2277.
Dolar AS dibeli 150,3420 yen Jepang, lebih rendah dari 151,5970 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS merosot menjadi 0,8887 franc Swiss dari 0,9016 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3696 dolar Kanada dari 1,3799 dolar Kanada. Dolar AS melemah menjadi 10,5776 krona Swedia dari 10,8390 krona Swedia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News