Ilustrasi, dolar AS. Foto: MI/Usman Iskandar.
Ilustrasi, dolar AS. Foto: MI/Usman Iskandar.

Dolar AS Tumbang, Ini Penyebabnya..

Husen Miftahudin • 08 Februari 2024 09:20
New York: Dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan dalam kisaran yang ketat pada Kamis waktu setempat karena para pedagang mencerna pernyataan yang kurang dovish dari para pengambil kebijakan dan menantikan data ekonomi baru dari AS.
 
Perhatian juga tertuju pada data inflasi Tiongkok pada pagi hari Asia di tengah kekhawatiran mengenai deflasi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
 
Dikutip dari Investing.com, Kamis, 8 Februari 2024, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir berada di kisaran 103,77.
 
Semalam, beberapa pembicara The Fed memberikan berbagai alasan mengapa mereka merasa tidak terlalu mendesak untuk segera memulai pelonggaran kebijakan di AS atau mengambil langkah cepat setelah hal tersebut dilakukan.
 
"Untuk saat ini, kebijakan masih berada pada posisi yang baik, karena kami dengan hati-hati menilai data dan prospek yang berkembang," kata Presiden Fed Boston Susan Collins, seraya meyakinkan dirinya akan mulai mengurangi pembatasan kebijakan pada akhir tahun ini.
 
Pasar memperkirakan kemungkinan 18,5 persen Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret, turun secara signifikan dari awal tahun ini, menurut FedWatch Tool dari CME Group. Pedagang melihat peluang hampir 60 persen penurunan 25 basis poin di Mei 2024 mendatang.
 
Greenback tergelincir semalam setelah naik di atas rata-rata pergerakan 100 hari pada Senin dan Selasa untuk pertama kalinya sejak akhir November, didorong oleh melonjaknya data pekerjaan AS pada Jumat lalu.
 
Dolar akan membutuhkan dorongan baru untuk menguji level resistensi di sekitar 104,60 dan 104,80, dengan Indeks Harga Konsumen untuk Januari 2024 yang dirilis pada 13 Februari kemungkinan merupakan peluang pertama.
 
Baca juga: Sentimen Suku Bunga AS, Rupiah Unjuk Gigi Kembali ke Level Rp15.600/USD
 

Mata uang utama lainnya

 
Sementara itu, Euro bertahan di kisaran USD1,0775, bertahan di atas level terendah sejak 14 November 2023 di USD1,0722 yang dicapai pada Selasa. Sedangkan Sterling sebagian besar datar di USD1,2631.
 
Sedangkan Yen Jepang menguat 0,07 persen versus greenback di 148,05 sebelum komentar dari wakil gubernur Bank of Japan di kemudian hari.
 
Di tempat lain di Asia, para pedagang menunggu angka harga konsumen dan produsen terbaru dari Tiongkok yang dirilis pada Kamis, yang akan menunjukkan apakah perekonomian semakin dekat untuk keluar dari cengkeraman deflasi.
 
Perkiraan menunjukkan sinyal yang beragam, dengan deflasi harga konsumen dari tahun ke tahun diperkirakan akan meningkat untuk periode Januari 2024, namun harga dari bulan ke bulan naik pada laju tercepat dalam satu tahun. Harga produsen tahunan diperkirakan negatif.
 
Namun, inflasi inti akan terus bertahan di tengah menguatnya permintaan jasa, dan belanja baru yang didorong oleh infrastruktur. Otoritas Tiongkok diperkirakan akan lebih memilih menjaga stabilitas yuan menjelang liburan Tahun Baru Imlek, dengan dolar/yuan dalam negeri kemungkinan akan tetap dalam kisaran 7,18-7,22 untuk saat ini.
 
Yuan Tiongkok di luar negeri turun 0,11 persen menjadi 7,2036 per USD menjelang data tersebut dirilis. Di sisi lain, dalam mata uang kripto, bitcoin naik 0,51 persen menjadi USD44,416.00.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan