Ilustrasi ekonomi Jepang. Foto: dok AFP.
Ilustrasi ekonomi Jepang. Foto: dok AFP.

Jepang Beruntung, Ekonominya Selamat dari Resesi!

Husen Miftahudin • 14 Februari 2023 15:18
Jakarta: Jepang mengumumkan ekonominya selamat karena terhindar dari resesi, meskipun pemulihannya hanya lebih sedikit dari yang diperkirakan. Kuartal IV-2022 ekonomi Jepang tumbuh 0,6 persen secara tahunan atau year on year (yoy), jauh lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya yang tercatat minus 0,2 persen (yoy).
 
Mengutip Reuters, para analis melihat konsumsi swasta bertahan di tengah kenaikan biaya hidup. Walaupun memang ketidakpastian prospek ekonomi global akan membebani pemulihan Jepang, ditambah investasi bisnis yang merosot.
 
"Dari pertumbuhan negatif pada Juli-September (kuartal III-2022), rebound tidak terlalu mengesankan. Kita dapat mengharapkan konsumsi meningkat karena belanja layanan stabil, tetapi sulit untuk memproyeksikan pemulihan yang kuat sebagian karena tekanan dari kenaikan inflasi," kata Kepala Ekonom di Daiwa Securities, Toru Suehiro.

Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang kali ini lebih kecil dari perkiraan rata-rata sebesar 2,0 persen. Hal ini karena adanya penurunan belanja modal dan persediaan.
 
Sementara konsumsi pribadi, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang, naik 0,5 persen pada kuartal keempat 2022, sesuai dengan perkiraan rata-rata pasar. Namun demikian, belanja modal turun 0,5 persen, lebih dari perkiraan pasar untuk penurunan 0,2 persen.
 
"Dengan ekonomi maju lainnya menuju resesi, kami masih berharap perdagangan bersih menyeret Jepang ke dalam resesi di semester pertama. Terutama karena investasi bisnis melemah lebih cepat dari yang kami perkirakan," kata ekonom Jepang di Capital Economics, Darren Tay.
 
Baca juga: Ancaman Resesi di 'Depan Pintu', Ini Deretan Negara yang Ekonominya di 2023 Dipangkas Bank Dunia


Tantangan kebijakan moneter bank sentral


Pemulihan ekonomi yang masih di bawah perkiraan imbas investasi bisnis merosot menjadi tantangan yang dihadapi bank sentral, Bank of Japan (BoJ) dalam menghentikan program stimulus besar-besaran.
 
Data yang lemah tersebut menyoroti tugas rumit yang akan dihadapi Kazuo Ueda, calon Gubernur BoJ berikutnya. Ia sendiri merencanakan jalan keluar untuk menormalkan pelonggaran kebijakan tanpa menggagalkan pemulihan ekonomi yang rapuh.
 
Pembuat kebijakan berharap pemulihan konsumsi, yang didorong oleh tabungan yang terakumulasi selama pandemi, akan bertahan cukup lama untuk menaikkan upah dan meredam pukulan pada konsumsi rumah tangga dari kenaikan biaya makanan dan bahan bakar.
 
Dengan inflasi melebihi target BOJ sebesar dua persen, prospek ekonomi dan upah akan menjadi kunci seberapa cepat bank sentral dapat menghentikan program stimulus besar-besaran.
 
"Mungkin sulit bagi BoJ untuk menormalkan pelonggaran kebijakan tahun ini karena ekonomi luar negeri melambat. BOJ mungkin harus menunggu paling cepat hingga tahun fiskal 2024," ucap Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan