Seperti diketahui, Jepang secara tak terduga jatuh ke dalam resesi setelah perekonomiannya menyusut selama dua kuartal berturut-turut. Produk Domestik Bruto (PDB) negari Sakura tersebut mengalami kontraksi yang lebih buruk dari perkiraan sebesar 0,4 persen dalam tiga bulan terakhir 2023, dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, dalam kondisi ekonomi yang sedang goyang di negeri Sakura itu. Maka akan banyak investor yang lebih memilih berinvestasi di luar negeri ketimbang di negaranya sendiri.
Termasuk, di sektor perbankan. Menurutnya, kondisi resesi ini akan menjadi pertimbangan investor untuk melakukan ekspansi ke luar negeri.
"Kita perlu mewaspadai bahwa Jepang makin agresif mengakuisisi bank-bank," kata Bhima kepada Medcom.id, Senin, 19 Februari 2023.
Baca juga: Mengambil Kesempatan dari Resesi Jepang |
Aset perbankan RI jatuh ke Jepang
Dengan begitu, menurutnya, akan membuat aset-aset perbankan Indonesia justru jatuh ke tangan asing."Itu akan membuat terjadinya penguasaan aset-aset Jasa Keuangan kepada pihak ke perusahaan asing," ucap dia.
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberi sinyal bahwa di akhir tahun lalu akan semakin banyak proses akuisisi sejumlah bank lokal oleh bank asing. Investor asing tersebut berasal dari beberapa negara dan salah satunya Jepang.
Seperti diketahui, Jepang pun tercatat telah menjadi investor asing yang kuat atas kendali enam bank di Indonesia, yaitu Danamon Indonesia, BTPN, Mizuho Indonesia, Resona Perdania, Bank Jtrust Indonesia, dan MUFG Bank Ltd.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News