"Jadi meskipun inflasi tinggi, jika Anda melihat (tingkat ekspektasi inflasi lima tahun ke depan) sebagai ukuran mereka tidak rusak. Dan itu memberi kami kepercayaan diri juga bahwa inflasi mungkin mereda," katanya, dalam sebuah wawancara dengan CNA Asia First, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 4 November 2022.
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah memperketat kebijakan moneter mereka untuk memerangi inflasi yang panas dan mengendalikan tekanan harga. Investor memperkirakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga menjadi lima persen tahun depan untuk mendinginkan permintaan, dengan mendorong konsumen dan bisnis untuk mengekang pengeluaran.
Gupta percaya jika The Fed menaikkan suku bunga menjadi lima persen dan dengan serangkaian kenaikan suku bunga yang menyertainya di seluruh dunia, akan ada dampak pada permintaan. "Jadi itu akan membantu. Pertanyaannya adalah seberapa cepat, dan itu adalah sesuatu yang perlu kita tunggu dan perhatikan," jelasnya..
Baca: Tenang, Kondisi Sistem Keuangan Indonesia Kuat Kok! |
"Tetapi bahkan jika inflasi turun, pada tahap apa bank sentral dapat merasa yakin bahwa mereka dapat memutar kembali kebijakan moneter yang ketat? Sekali lagi, taruhan saya sendiri adalah Anda tidak akan melihatnya pada 2023," tambahnya.
Inflasi yang melonjak terjadi di tengah ketidakpastian pasar energi global, gangguan rantai pasokan, serta tuntutan upah yang lebih tinggi, terutama di sektor jasa. Gupta, yang berbicara di sela-sela SGTech Global Future Series: Digital Trust Forum, mengatakan kesengsaraan rantai pasokan, pada umumnya, telah mereda.
"Namun, saya juga ingin segera menambahkan bahwa dengan geopolitik dan pergeseran sifat rantai pasokan, kita mungkin akan terus mendapatkan beberapa gesekan untuk beberapa waktu. Tapi saya tidak berpikir itu akan menjadi pendorong utama selama beberapa tahun ke depan," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News