Bali: Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen meminta negara-negara anggota G20 untuk mempercepat penanganan masalah krisis pangan. Ia menyebut, G20 harus bekerja bersama-sama agar dapat menangani dampak krisis pangan bagi masyarakat rentan dan miskin.
"Keputusan yang cepat dan bijaksana kini akan membawa perubahan dalam mengatasi krisis yang terkendali. G20 harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan mengambil keluarga rentan dari kelaparan sekarang dan besok," kata dia dalam side event G20 di Nusa Dua Bali, Jumat, 15 Juli 2022.
Untuk itu, Yellen menyarankan tiga upaya percepatan penanganan krisis pangan oleh G20. Pertama, G20 harus menjadi contoh dan mengajak pihak lain untuk menghindari respons kebijakan yang kontraproduktif seperti larangan ekspor dan penimbunan yang membuat harga pasar kembali naik.
"Kemudian, pemerintah harus mengarahkan respons fiskalnya kepada mereka yang paling membutuhkan. Memanfaatkan alat digital dimungkinkan untuk secara hati-hati menargetkan dukungan untuk rumah tangga yang rentan, daripada menggunakan subsidi menyeluruh yang regresif dan mahal," ungkapnya.
Kedua, dunia perlu memanfaatkan secara optimal ketahanan pangan dan arsitektur pertanian yang ada. Menurutnya, bank pembangunan multilateral, lembaga yang terkait dengan ketahanan pangan, program ketahanan global, IMF, WTO seluruhnya memiliki peran untuk dimainkan.
"Dalam hal ini, Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan (GAFS) sangat membantu dan mereka selanjutnya mengusulkan kepada para deputi G20 mempertimbangkan bagaimana meningkatkan kerja sama antara kementerian keuangan G20 dan otoritas terkait termasuk dengan meningkatkan transparansi data," ujar dia.
Ketiga, G20 harus mengambil langkah-langkah untuk memberikan bantuan keuangan. Untuk AS, ia menyebut, telah komitmen untuk memberikan USD2,6 miliar lagi bantuan untuk mengatasi krisis pangan setelah memberikan USD2,8 miliar sejak invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami juga memberikan USD500 juta ke EBRD dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan energi, kontribusi kepada Bank Pembangunan Afrika dan African Emergency Food Production upaya untuk menanggapi krisis di luar respons terhadap krisis saat ini, menunggu lebih banyak kerja sama dengan G20 dan di program lain," pungkasnya.
"Keputusan yang cepat dan bijaksana kini akan membawa perubahan dalam mengatasi krisis yang terkendali. G20 harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan mengambil keluarga rentan dari kelaparan sekarang dan besok," kata dia dalam side event G20 di Nusa Dua Bali, Jumat, 15 Juli 2022.
Untuk itu, Yellen menyarankan tiga upaya percepatan penanganan krisis pangan oleh G20. Pertama, G20 harus menjadi contoh dan mengajak pihak lain untuk menghindari respons kebijakan yang kontraproduktif seperti larangan ekspor dan penimbunan yang membuat harga pasar kembali naik.
"Kemudian, pemerintah harus mengarahkan respons fiskalnya kepada mereka yang paling membutuhkan. Memanfaatkan alat digital dimungkinkan untuk secara hati-hati menargetkan dukungan untuk rumah tangga yang rentan, daripada menggunakan subsidi menyeluruh yang regresif dan mahal," ungkapnya.
Baca juga: Atasi Krisis Pangan, Menkeu AS: Daripada Kasih Subsidi, Mending BLT! |
Kedua, dunia perlu memanfaatkan secara optimal ketahanan pangan dan arsitektur pertanian yang ada. Menurutnya, bank pembangunan multilateral, lembaga yang terkait dengan ketahanan pangan, program ketahanan global, IMF, WTO seluruhnya memiliki peran untuk dimainkan.
"Dalam hal ini, Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan (GAFS) sangat membantu dan mereka selanjutnya mengusulkan kepada para deputi G20 mempertimbangkan bagaimana meningkatkan kerja sama antara kementerian keuangan G20 dan otoritas terkait termasuk dengan meningkatkan transparansi data," ujar dia.
Ketiga, G20 harus mengambil langkah-langkah untuk memberikan bantuan keuangan. Untuk AS, ia menyebut, telah komitmen untuk memberikan USD2,6 miliar lagi bantuan untuk mengatasi krisis pangan setelah memberikan USD2,8 miliar sejak invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami juga memberikan USD500 juta ke EBRD dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan energi, kontribusi kepada Bank Pembangunan Afrika dan African Emergency Food Production upaya untuk menanggapi krisis di luar respons terhadap krisis saat ini, menunggu lebih banyak kerja sama dengan G20 dan di program lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News