"Melipat dalam momentum pertumbuhan yang lebih lemah, kondisi keuangan yang secara signifikan lebih ketat, dan pajak perusahaan yang lebih tinggi mulai April mendatang, kami menurunkan prospek pertumbuhan Inggris lebih lanjut dan sekarang diperkirakan menghadapi resesi yang lebih signifikan," kata laporan itu.
Mengutip The Business Times, Minggu, 23 Oktober 2022, proyeksi pertumbuhan tahunan Goldman 2023 untuk Inggris telah turun dari minus 0,4 persen menjadi minus satu persen. Sekarang, inflasi inti terlihat pada 3,1 persen pada akhir 2023, dibandingkan dengan posisi 3,3 persen sebelumnya.
Analis Goldman sekarang memperkirakan Bank of England (BoE) cenderung mengetatkan kebijakan moneter secara agresif. BoE sekarang mempersiapkan kenaikan 75 basis poin (bp) pada November dan Desember, dari 100 bps sebelumnya, diikuti oleh kenaikan 50 bps pada Februari dan dua kenaikan 25 bps pada Maret dan Mei.
Baca: Erick Thohir Beri Titah Kimia Farma dan Indofarma Periksa Ulang Seluruh Obat |
Di sisi lain, Perdana Menteri Inggris Liz Truss mengumumkan pada Kamis 20 Oktober 2022 mengundurkan diri. Pengumumannya terjadi hanya beberapa hari setelah menteri keuangan barunya membalikkan hampir semua pemotongan pajak yang direncanakannya.
Tidak hanya itu, PM Truss juga menyapu bersih agenda fiskal pasar bebas yang menjanjikan perubahan kebijakan radikal untuk Inggris, tetapi malah menjatuhkan negara ke dalam minggu kekacauan ekonomi dan politik. "Saya tidak bisa menyampaikan mandat yang saya pilih," katanya.
Dia telah memberi tahu Raja Charles III akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, dan bahwa dia akan tetap menjadi pemimpin dan perdana menteri sampai penggantinya dipilih dalam waktu seminggu.
Kepergiannya, setelah hanya enam minggu menjabat, adalah kejatuhan yang sangat cepat dari kekuasaan. Kondisi ini tentu membuat Partai Konservatifnya semakin kacau, menyusul kepergian Boris Johnson yang berantakan dari Downing Street selama musim panas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News