Ilustrasi. Foto: AFP.
Ilustrasi. Foto: AFP.

Perluas Kontrol SDA, Tiongkok Bentuk BUMN Konsolidasi

Fetry Wuryasti • 22 Desember 2022 10:48
Jakarta: Tiongkok akan meningkatkan perdagangan bijih besi senilai USD160 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Mereka sedang memperluas upaya untuk meningkatkan kontrol atas sumber daya alam yang dibutuhkan untuk mendorong perekonomian negara.
 
Sebuah perusahaan milik negara bernama China Mineral Resources Group (CMRG) dibentuk dan siap untuk menjadi pembeli bijih besi terbesar di dunia pada 2023 mendatang.
 
"Mereka akan mulai mengkonsolidasikan pembelian atas 20 perusahaan pembuat baja terbesar termasuk pemimpin China Baowu Steel Group Corp," kata Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis, 22 Desember 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


CMRG telah mulai membahas kontrak pasokan dengan produsen kelas atas, mulai dari Rio Tinto Group, Vale SA, dan BHP Group. Langkah konsolidasi pembelian akan membuat mereka menjadi industri baja terbesar di Tiongkok, yang akan memberikan kekuatan negosiasi yang besar.
 
Langkah terbaru yang diambil oleh Tiongkok ini merupakan salah satu cara untuk menjadi pembeli nomor wahid dari hampir setiap komoditas utama. Hal ini dilakukan agar pengaruh negara mereka dapat meningkat di pasar dan harga global.
 
Saat ini struktur kontrak pasokan diberikan waktu untuk memesan setiap tiga bulan dan menggunakan harga indeks spot. "Luar biasa bagaimana Tiongkok akan mendorong industri ini untuk dapat terus maju dan memberikan pengaruh secara global," kata Nico.
 
Tiongkok menyumbang sekitar tiga per empat dari impor bijih besi di dunia, meski memang banyak para penambang besar yang memiliki terlalu banyak kekuasaan karena pasokan merupakan masalah utama, dimana tiga produsen utama menguasai lebih dari setengah ekspor global.
 
Baca juga: Covid-19 Mewabah di Tiongkok, WHO: Terlalu Dini Nyatakan Pandemi Berakhir

 
CMRG didirikan pada Juli 2022, untuk dapat membeli bahan baku bagi industri baja raksasa dalam negeri, namun masih belum jelas kapan akan mulai beroperasi. Sekarang keseimbangan mulai terjadi, dimana permintaan stagnan dan memberikan tekanan kepada para pengusaha tambang.
 
Belum lagi para pembuat baja terbesar di dunia mulai mengurangi permintaan. Saat ini permintaan bijih besar Tiongkok mengalami penurunan dari sebelumnya berada di titik tertingginya pada 2020 silam.
 
Dan Macquarie Group sudah memprediksikan Tiongkok tidak akan kembali ke level tersebut hingga di 2023. Saat ini Tiongkok telah cukup lama berada di dalam ketidakseimbangan kekuatan antara kekuasaan oleh raksasa pertambangan global ditambah lagi dengan adanya industri baja Tiongkok yang terus meluas namun terfragmentasi di sisi yang lain.
 
Tiongkok mengimpor 1,1 miliar ton bijih besi setiap tahun untuk memberikan pasokan kepada 500 pabrik baja, dimana 10 persen teratas telah memberikan kontribusi sebanyak 40 persen dari produksi nasional.
 
"Sejauh ini CMRG belum terlalu mendapatkan perhatian penuh dari masyarakat, karena masih baru, namun diharapkan bisa menjadi tolok ukur di masa yang akan datang," kata Nico.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
(HUS)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif