Sejalan dengan kondisi tersebut, para ahli strategi di Goldman Sachs percaya ada lebih banyak ruang kenaikan untuk logam safe haven ini, dan mengatakan harga emas berpotensi tembus ke level USD3.000 pada akhir tahun ini.
Gegara keresahan geopolitik
Salah satu pendorong utama reli harga ini adalah kuatnya permintaan emas dari bank-bank sentral global dan rumah tangga di Asia.
Di Tiongkok, tantangan pemulihan ekonomi pascapandemi dan depresiasi yuan, yang telah kehilangan sekitar lima persen terhadap dolar AS selama setahun terakhir, membuat emas menjadi lebih mahal bagi konsumen lokal. Meskipun demikian, baik konsumen Tiongkok maupun People's Bank of China (PBOC) terus memburu emas.
PBOC telah meningkatkan cadangan emasnya selama 17 bulan berturut-turut, dengan kenaikan 16 persen pada kepemilikan emasnya selama periode ini, seperti yang dilaporkan oleh World Gold Council. Di Maret saja, PBOC menambahkan 160 ribu ons emas ke dalam cadangannya.
Demikian pula, negara-negara seperti Turki, India, Kazakhstan, dan beberapa negara di Eropa Timur telah menjadi pembeli emas yang aktif tahun ini.
Akumulasi ini mencerminkan tren yang lebih luas di antara bank-bank sentral global untuk mendiversifikasi cadangan mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS.
Harga emas sempat mengalami penurunan pada akhir April, namun sentimen bullish kembali minggu ini setelah para pembuat kebijakan Federal Reserve mengisyaratkan penurunan suku bunga mungkin akan terjadi.
Pada pertemuan kebijakan terakhirnya, the Fed mempertahankan sikap suku bunganya, seperti yang telah diantisipasi secara luas. Pernyataan kebijakan tersebut terus menggemakan penilaian dan panduan ekonomi sebelumnya, menunjukkan kondisi yang dapat menyebabkan penurunan biaya pinjaman.
Ketua Fed Jerome Powell menyatakan keputusan suku bunga di masa depan akan didasarkan pada data, tetapi dia mencatat kenaikan suku bunga tidak mungkin terjadi pada saat ini.
Jaminan dari Powell ini, yang secara efektif mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut, berkontribusi pada harga emas yang bertahan di atas USD2.300. Suku bunga yang lebih rendah semakin meningkatkan daya tarik emas karena biasanya mengurangi imbal hasil pada aset berpendapatan tetap seperti obligasi.
Sementara itu, ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, juga telah meningkatkan minat investor terhadap emas batangan. Emas dianggap sebagai salah satu aset safe haven tertua, dengan permintaan yang kuat selama masa-masa kerusuhan geopolitik dan perang.
Baca juga: Rawan Aksi Ambil Untung, Emas Terperosok ke USD2.302/Ons |
Harga emas tembus USD3.000
Mengutip permintaan yang kuat untuk emas dari bank-bank sentral negara berkembang (emerging market/EM) dan rumah tangga Asia, para ahli strategi di Goldman Sachs mempertahankan proyeksi dasar mereka logam mulia akan naik menjadi USD2.700 per troy ons pada akhir tahun, yang mencerminkan kenaikan 17 persen.
Dengan menggunakan model mereka, yang menggabungkan estimasi elastisitas penawaran dan permintaan emas sebelumnya, para ahli strategi Goldman juga melihat potensi harga emas yang lebih tinggi lagi dalam kondisi-kondisi tertentu.
Secara khusus, mereka memperkirakan jika sanksi keuangan AS meningkat pada kecepatan yang sama dengan yang terjadi sejak 2021, harga emas dapat naik 16 persen menjadi USD3.130 per troy ons di belakang pembelian tambahan bank sentral sebesar tujuh juta ton per tahun.
"Peningkatan seperti itu dalam indeks sanksi keuangan AS akan serupa dengan penambahan hipotesis sekitar dua atau lebih sanksi keuangan AS terhadap Tiongkok atau enam sanksi keuangan terhadap India," kata para ahli strategi.
Dalam skenario kedua, Goldman memperkirakan jika spread Credit Default Swap (CDS) lima tahun AS melebar sebesar satu standar deviasi (13 basis poin), harga emas dapat meningkat sebesar 14 persen, mencapai USD3.080 per troy ons, didorong oleh bank-bank sentral yang membeli enam juta troy ons emas setiap tahunnya.
"Untuk lebih jelasnya, prospek geopolitik, fiskal, dan keuangan, serta dampak pastinya terhadap permintaan emas bank sentral dan harga emas semuanya sangat tidak pasti. Meskipun demikian, latihan kami menggarisbawahi nilai lindung nilai emas terhadap skenario geopolitik atau keuangan yang merugikan, portofolio obligasi ekuitas kemungkinan besar akan terpengaruh," jelas para ahli strategi menambahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News