Mengutip Investing.com, Rabu, 7 Februari 2024, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,23 persen menjadi 104,213.
Menurut catatan riset terbaru analis JPMorgan, dolar AS bahkan bisa jadi mencapai titik terendahnya. Analis tersebut mengatakan kepada investor dalam Chartbook Februari-nya perdagangan jangka panjang bakal konsolidasi.
Selain itu, perusahaan tersebut mengatakan untuk tetap memilih growth vs value dalam jangka panjang, sementara mereka lebih memilih aset AS daripada Zona Euro, tetap Overweight untuk Jepang dan berhati-hati di aset Tiongkok.
"Sepanjang tahun ini, AS berada di depan Internasional, growth mengungguli value, saham-saham large caps kembali mengalahkan saham-saham kecil - Russell 2000 turun tiga persen tahun ini, dan Tiongkok terus mengalami kesulitan," tulis para analis.
"Kami yakini hal ini, yang pada akhirnya tidak sehat, konsentrasi tinggi, dan kepemimpinan yang sempit, akan terus berlanjut hingga ada sesuatu yang pecah," tambah mereka.
Baca juga: Rupiah Melemah Imbas Kebijakan Hawkish The Fed |
Pemangkasan suku bunga Fed masih terlalu dini
JPMorgan juga percaya pemotongan suku bunga Federal Reserve mungkin masih terlalu dini, meskipun ada perubahan hawkish baru-baru ini dan kemungkinan inflasi akan meningkat lagi.
"Kami yakin perkiraan durasi panjang kami yang dibuat di Oktober akan memiliki dasar di 2024, tetapi kami berpendapat awal tahun ini yields kemungkinan akan berkonsolidasi dalam waktu dekat dan dolar AS dapat mencapai titik terendahnya," kata para analis.
"Secara regional, kami lebih memilih saham AS daripada saham internasional sejak Mei tahun lalu dan belum melihat hal itu berubah," sambung analis.
Para analis juga menegaskan kembali potensi downgrade (penurunan) peringkat bank-bank menjadi 'Underweight'.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News