Konsumsi telah memberikan dorongan bagi ekonomi terbesar dunia, memberikan awal yang kuat untuk 2023. Akan tetapi gejolak sektor perbankan baru-baru ini dan kenaikan suku bunga cenderung membebani prospek. Produk domestik bruto AS naik pada tingkat tahunan 1,1 persen di periode Januari hingga Maret, turun dari 2,6 persen pada kuartal keempat tahun lalu.
"Dibandingkan dengan kuartal keempat (2022), perlambatan PDB riil pada kuartal pertama (2023) terutama mencerminkan penurunan investasi persediaan swasta dan perlambatan investasi tetap nonresidensial," kata Departemen Perdagangan AS, dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 28 April 2023.
Hal ini sebagian diimbangi oleh percepatan belanja konsumen dan peningkatan ekspor. "Angka pertumbuhan PDB mencerminkan peningkatan belanja konsumen, ekspor, belanja pemerintah federal, bersama dengan beberapa bentuk investasi," kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.
Kebijakan The Fed
Kegiatan ekonomi telah mereda karena bank sentral AS dengan cepat menaikkan suku bunga acuan untuk mengatasi inflasi yang membandel. Sementara dampak penuh dari kerusuhan sektor keuangan baru-baru ini -menyusul kegagalan tiga pemberi pinjaman menengah bulan lalu- belum terlihat.Baca: Bos Bank Dunia Desak Upaya Restrukturisasi Utang Global Segera, Ini Alasannya! |
Bulan depan, pembuat kebijakan Federal Reserve diperkirakan mengumumkan kenaikan suku bunga seperempat poin lagi dalam upaya mereka untuk membawa inflasi kembali sejalan dengan target yang lebih rendah. "Ke depan, prospeknya tidak pasti," kata Kepala Ekonom AS di High Frequency Economics Rubeela Farooqi.
"Pembuat kebijakan telah mengambil tindakan agresif untuk memperlambat aktivitas ekonomi dan menurunkan inflasi kembali ke target," tambahnya.
Di sisi lain, penjualan ritel melambung di Januari yang kemungkinan dibantu oleh cuaca yang sejuk. Akan tetapi, Ian Shepherdson dan Kieran Clancy dari Pantheon Macroeconomics memperingatkan bahwa berbahaya untuk mengekstrapolasi dari kekuatan yang tampak dalam tiga bulan pertama.
"Angka Februari dan Maret mengungkapkan kurangnya momentum, yang kami perkirakan akan bertahan di kuartal kedua," kata mereka.
Sementara itu, Ryan Sweet dari Oxford Economics menyatakan keresahan baru-baru ini dalam sistem perbankan dan standar pinjaman yang lebih ketat diperkirakan menghasilkan resesi yang lebih parah daripada yang diperkirakan pada kuartal kedua. Akan tetapi, ini masih akan menjadi penurunan ringan.
"Indikator siklus bisnis kami menunjukkan ekonomi kehilangan momentum pada Februari dan mendekati negatif," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News