Menurut laporan The Wall Street Journal, lonjakan ini dapat mengancam dan memperburuk perlambatan pertumbuhan serta peningkatan inflasi bagi bank-bank sentral global.
"Peran dolar sebagai mata uang utama yang digunakan dalam perdagangan global dan keuangan berarti fluktuasinya memiliki dampak luas," menurut laporan itu, yang dilansir Antara, Rabu, 21 September 2022.
Baca juga: Pantas Dolar AS Terus Merekah, Ternyata... |
Laporan tersebut juga menggarisbawahi dampak penguatan mata uang Negeri Paman Sam itu sedang dirasakan pada situasi kekurangan bahan bakar dan pangan di Sri Lanka. Selain itu imbas penguatan dolar AS juga menciptakan rekor inflasi di Eropa dan defisit perdagangan yang meluas di Jepang.
Pekan ini, para investor akan mengamati hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve dengan seksama untuk mengetahui petunjuk tentang lintasan dolar.
Bank Sentral AS tersebut pada Rabu, 21 September 2022 yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga sedikitnya 0,75 poin persentase untuk mengatasi inflasi. Hal tersebut yang memicu penguatan dolar lebih lanjut.
Para pembuat kebijakan berupaya mempertahankan mata uang mereka di tengah kenaikkan dolar AS. "Sebagian besar gagal dalam menghadapi kenaikan dolar yang tanpa henti ini," imbuh laporan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News