"Kami telah menurunkan perkiraan pertumbuhan (ekonomi global) 2023 kami dari tiga persen menjadi 1,9 persen. Itu sangat dekat dengan resesi dunia," kata Malpass, pada konferensi pers selama pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia, dilansir dari Xinhua, Selasa, 18 Oktober 2022.
"Semua masalah yang diperhatikan orang, masalah inflasi, kenaikan suku bunga, dan pemutusan aliran modal ke negara berkembang sangat memukul orang miskin," tambahnya.
Ia pun menyoroti penumpukan utang negara-negara berkembang. "Itu adalah resesi dunia yang bisa terjadi dalam keadaan tertentu," kata Malpass.
Baca: Kelola Dana Rp15 Triliun, IWF Benahi Akses Air Bersih 40 Juta Warga |
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada pertengahan September, Bank Dunia memperingatkan ketika bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi maka dunia mungkin akan menuju resesi global pada 2023, dengan perkiraan pertumbuhan hanya 0,5 persen.
Dirinya mencatat pada konferensi pers pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan sebesar 1,1 persen per tahun. "Jadi jika pertumbuhan dunia jauh lebih lambat, itu berarti orang-orang akan mundur," kata Malpass.
Mengutip laporan Bank Dunia baru-baru ini, Malpass mengatakan, pandemi covid-19 memberikan kemunduran terbesar bagi upaya pengurangan kemiskinan global sejak 1990, mendorong sekitar 70 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem pada 2020, dan perang di Ukraina mengancam akan memperburuk keadaan.
Menurut Laporan Kemiskinan dan Kemakmuran Bersama, pendapatan median global turun empat persen pada 2020 dan merupakan penurunan pertama sejak pengukuran pendapatan median dimulai pada 1990.
"Jadi jika kita mengalami resesi dunia sekarang, itu juga akan menekan pendapatan rata-rata, yang berarti orang-orang di bagian bawah dari skala pendapatan akan turun," kata Malpass.
Lebih lanjut, ia menilai, dunia menghadapi lingkungan yang sangat menantang dari ekonomi maju dan itu memiliki implikasi serius serta bahaya bagi negara-negara berkembang. "Kekhawatiran mendalam saya adalah kondisi dan tren ini mungkin bertahan hingga 2023 dan 2024," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News