Hal itu disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat menjawab masalah mengenai air bersih di Tanah Air.
IWF merupakan inisiasi Kementerian BUMN melalui sinergi Holding BUMN Danareksa (Danareksa, Nindya Karya, Perum Jasa Tirta 1, dan Perum Jasa Tirta 2) untuk menghadirkan sambungan air ke berbagai wilayah di Indonesia.
IWF akan fokus pada tiga pilar yang menawarkan pendekatan investasi dengan manfaat berkelanjutan dan menghadirkan akses yang terintegrasi dari hulu ke hilir. IWF dapat dijalankan sesuai dengan model investasi yang sesuai dengan profil investor dengan skema yang mudah direplikasi di seluruh Indonesia.
Nantinya, peran mitra strategis dibutuhkan dalam program IWF guna mencapai hasil yang optimal dalam proses pengoperasiannya.
Baca juga: Di Depan Dunia, Erick Thohir Pamer Transformasi BUMN |
"Target awal, IWF akan mengelola dana sebesar USD1 miliar atau sekitar Rp15 triliun dari mitra strategis untuk memperbaiki akses air bersih bagi 40 juta jiwa rakyat Indonesia," katanya dalam SOE International Conference dan Peluncuran Indonesia Water Fund di Nusa Dua, Bali, Senin, 17 Oktober 2022.
Erick menjelaskan, prinsip IWF yaitu penyediaan platform investasi yang mudah direplikasi sehingga penambahan sambungan rumah untuk percepatan akses air bersih akan dapat terus menerus ditingkatkan.
Menurutnya IWF adalah solusi cepat untuk pemerataan akses air bersih,mempercepat penyediaan air bersih yang inklusif, berkelanjutan, dan efisien bagi seluruh rakyat Indonesia, sekaligus memperluas cakupan layanan air bersih nasional.
IWF juga merupakan bentuk pendanaan untuk air bersih yang berjalan berdampingan dengan APBN secara mandiri, sehingga tidak membebani APBN secara langsung.
Baca juga: Erick Thohir Bantu Percepat Pemerataan Akses Air Bersih |
"IWF merupakan upaya untuk memaksimalkan PDB Indonesia, karena pasokan air yang tidak cukup akan berpotensi mengurangi PDB Indonesia sebesar 2,5 persen pada 2045," jelas Erick.
Adapun, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2021 mencatat rumah tangga dengan akses air minum layak baru mencapai 90,8 persen, sekitar 12 persen rumah tangga memiliki akses air minum aman, dan kurang lebih 19 persen memiliki akses air minum perpipaan.
Berdasarkan data dari Danareksa Research Institute, konsumsi air semakin meningkat sejalan dengan peningkatan populasi. Namun, kelangkaan air menjadi masalah besar di beberapa negara dan bersamaan dengan kualitas air yang kurang baik menjadi penyebab penyebaran penyakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News