Pelaku UMKM Wanita. Foto: Kemenperin.
Pelaku UMKM Wanita. Foto: Kemenperin.

Wirausaha Jadi Jalan Kemandirian bagi Perempuan Difabel

Arif Wicaksono • 15 September 2025 23:35
Medan: Wirausaha kini menjadi salah satu jalan penting bagi penyandang disabilitas untuk meraih kemandirian ekonomi di tengah keterbatasan akses kerja formal. 
 
Baca juga: Jiwa Wirausaha dari Muda Kunci Lahirkan Generasi Pengusaha Tangguh

Data Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mencatat ada sekitar 22,97 juta penyandang disabilitas di Indonesia, atau 8,5% dari total penduduk. Sebagian besar memilih jalur usaha mikro karena lapangan kerja formal masih jarang menyediakan ruang yang ramah dan inklusif.
 
Namun, UMKM disabilitas, khususnya yang dijalankan oleh perempuan, menghadapi tantangan berlapis. Hambatan terbesar terletak pada akses modal, pendampingan usaha, pelatihan manajemen, hingga pemasaran produk. Padahal, dengan dukungan yang tepat, usaha yang mereka jalankan berpotensi besar berkembang dan memberi kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.
 
Melihat kondisi ini, berbagai inisiatif pelatihan khusus mulai hadir, salah satunya program “Difablepreneur untuk Indonesia Inklusif” yang digagas Holding BUMN Danareksa bersama Alunjiva. 

Program yang sudah berlangsung sejak 2022 ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pelatihan, pendampingan, dan akses pasar dapat mengubah perjalanan UMKM difabel. Hingga kini, lebih dari 100 pelaku usaha disabilitas telah bergabung dari Yogyakarta, Solo, Jepara, dan Medan.
 
“UMKM difabel, khususnya perempuan, bukan hanya sekadar bertahan hidup, tetapi punya peluang menjadi pelaku usaha yang berdaya saing tinggi. Tantangan yang mereka hadapi harus dijawab dengan akses pelatihan, pembiayaan, serta jaringan pemasaran yang setara,” ujar Direktur Manajemen Risiko sekaligus Plt. Direktur Keuangan Holding BUMN Danareksa Avianto Istihardjo dikutip Senin, 15 September 2025.
 
Menurutnya, pemberdayaan wirausaha difabel akan melahirkan ekosistem UMKM yang lebih
mandiri, produktif, dan berkelanjutan. 
 
“Ketika mereka berdaya, dampaknya bukan hanya pada ekonomi keluarga, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional yang lebih merata,” tambahnya.
 
Program di Medan, yang diikuti 25 peserta perempuan difabel dari bidang kuliner dan kerajinan, dirancang tidak hanya untuk mentransfer ilmu. Peserta juga didorong membangun jaringan bisnis, rasa percaya diri, serta motivasi agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
 
Wirausaha bagi penyandang disabilitas dengan demikian bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan jalan menuju inklusi sosial. Semakin banyak dukungan bagi UMKM difabel, semakin besar pula peluang terciptanya ekosistem bisnis yang adil, inklusif, dan selaras dengan visi pemerataan pembangunan Indonesia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan