Namun banyak cara untuk mempersingkat proses tersebut, salah satunya dengan menggandeng franchise. Ini dilakukan karena sang pembuat franchise sudah memiliki pengelaman serta ilmu dalam bisnis ketimbang pemula. Hal ini yang dilakukan Aida Revalina Azhar, salah satu pengusaha kedai kopi di Cikajang dan Benhill.
baca juga: Coffee Shop Ini Sajikan Minuman yang Terinspirasi Warna Smartphone |
Aida mengatakan bisnis kopi yang sedang digelutinya berawal dari niatnya memiliki usaha sendiri. Gayung besambut setelah atasanya di Dewan Perwakilan Rakyat(DPR), Meutya Hafid, mengutarakan niat untuk membuka usaha kopi di salah satu ruko yang disewanya untuk studio podcast politik.
Aida join dengan Muetya Hafid untuk menjalankan operasional bisnis dua cabang coffee shop yang menggandeng Kopi Lima Detik. Bisnis ini dimulai pada 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dari tiga lantai, dua lantai dimanfaatkan untuk kedai kopi yang pada akhirnya menggunakan franchise Kopi Lima Detik. Dia pun turun tangan untuk mengatur operasional bisnis di coffee shop tersebut.
"Awalnya karena Bu Meutya sewa gedung di Cikarang trus ada lantai kosong jadi kita manfaatin buat kopi sekaligus menyerap tenaga kerja," kata dia ditemui Medcom.id beberapa waktu ini.
Dia mengatakan bahwa sampai saat ini belum belajar cara membuat kopi secara profesional karena saat pandemi Covid-19 banyak kedai kopi yang tutup.
"Sempat mau belajar tapi waktu itu (banyak tempat belajar kedai kopi) tutup jadi sekarang belajar dari anak-anak kafe," kata dia yang mengawasi operasional bisnis kopi di Benhil dan Cikajang.
Dia mengatakan pada awalnya memang mencari franchise karena bisnis kopi yang penuh persaingan. Menurutnya, akan terlalu lambat mengejar persaingan ketika pesaingnya sudah mapan.
"Kita pilih franchise karena gak mau jalan setengah-setengah karena persaingan di cikajang kan bagus- bagus kedai kopinya," jelas dia.
Dia mengatakan pada awalnya membangun kemitraan dengan pola franchise karena mau memotong (short cut) proses belajar membangun bisnis coffe shop. Banyak hal yang perlu dipelajari dari mesin kopi, makanan serta manajemen kedai kopi yang susah-susah gampang.
Apalagi banyak pelaku Sumber Daya Manusia (SDM) di kedai kopi yang turn over mencari pekerjaan baru yang lebih baik.
"Persoalan makanan dan kopi mereka lebih paham, tinggal kita custom maunya seperti apa dan bahan apa yang bisa kita beli sendiri, (bukan dari franchise)," jelas dia.
Persoalan SDM muncul ketika bar beken Holywings tutup dan membuka bar baru. Banyak pegawai yang lebih tertarik bekerja di bar ketimbang coffee shop karena gajinya diatas-rata-rata dan kerjanya gak terlalu berat.
"Anak-anak pada mau kerja di bar atau Holywings karena gajinya diatas rata-rata dan kerjanya ga berat kaya nyediaan chicken wing gaji bisa sekitar Rp4,5 juta per bulan belum sama tips atau kerja ke Starbucks dengan gaji diatas standar Upah Minimum Provinsi (UMP)," jelas dia.
Dia mengatakan coffee shop besar biasanya memiliki dua shift untuk memaksimalkan kerja. Namun untuk coffee shop skala middle atau menengah tiga shift menjadi ideal untuk mengantisipasi karyawan resign. Salah satu cara mensiasatinya adalah dengan mencari karyawan secara part time atau freelance.
"Capek kalau ngajarin orang baru, kopi besar itu satu shift dua orang kalau kita (untuk hadapi) turnover gede maka kurang orang maka kita biasain punya 3 shit sehari," jelas dia.
Setiap kedai kopi memilik keunggulan sendiri baik dari menu makanan dan minuman. Kedai Kopi Lima Detik memiliki kopi susu yang paling murah dengan harga Rp20 ribu per gelas ketika pesaingnya menjual menu yang sama di harga Rp30 sampai dengan Rp40 ribu per gelas.
Ketika memulai bisnis saat pandemi covid-19, dia menghadapi tantangan ketika pandemi masih sangat tinggi dan kedai kopi hanya boleh take away. Namun ketika PPKM level 3 banyak orang gak boleh ke mall membuat mereka akan menghabiskan waktu di coffee shop.
Pada saat itu pendapatan bulanan bisa mencapai Rp130 juta sebulan, namun setelah mall dibuka langsung turun ke Rp80 juta per bulan.
"Kedai di Cikajang untung karena orang ga boleh ke Mall, jadi mereka natalan di coffee shop pernah sampe Rp130 juta sebulan. Malah pas mall dibuka langsung turun menjadi Rp80 juta sebulan," jelas dia.
Gandeng Komunitas
Setelah itu dia mulai mencari cara untuk menggenjot omzet yang menurun seperti membuat acara K-Pop untuk menggaet konsumen wanita. Strategi ini dilakukan dengan membuat acara pertemuan dengan komunitas K-Pop.Dia buat tiga paket makanan dan minuman untuk penggemar K-Pop. Paket paling tinggi akan mendapatkan gambar dari anggota K-Pop dalam bentuk kipas.
"Tak disangka yang dateng ada 120 orang, padahal kami hanya menyediakan kapasitas sebanyak 60 orang,"jelas dia.
Menurut dia, konsumen wanita lebih royal ketimbang pria. Sebagai gambaran transaksi saat Piala Dunia tak sebanyak ketika acara K-Pop karena kebanyakan pria lebih suka minum bir dan makan cemilan berbeda dengan pada acara K-Pop.
Solusi ini sangat tepat karena Kedai di Cikajang memiliki parkiran yang terbatas. Pengunjung wanita kebanyakan datang tak memakai alat transportasi milik pribadi. Menurut pengamatannya kebanyakan mereka memakai transportasi online atau diantar teman. Sehingga tak memakan ruang parkiran yang ada.
Apalagi modal biaya untuk mencari karyawan valet parking itu bisa mencapai Rp8-10 juta sebulan. Ini menjadi beban cost yang harus dipikirkan karena biayanya membengkak dan kadang parkirannya juga gak penuh karena persaingan dengan kedai kopi lainnya.
"Karena kebanyakan yang datang pakai mobil kita harus hire orang buat jadi valet parking. Bisa dua sampai tiga orang, Satu orang itu gajinya Rp4 juta per orang. Apalagi kalau valet kan dia harus parkirin mobil dan nego tempat parkiran juga seperti harus bayar ke preman setempat. Kalau cuman 10 orang parkir sehari kan percuma juga mending ganti marketnya,"jelas dia.
Daya beli penggemar K-Pop juga besar bahkan event korea style ini dalam sehari bisa nutup sales selama tiga hari saat sales tinggi. Bahkan pendapatannya bisa mencapai lima kali lipat dari sales saat hari biasa. Pendapatan dari event ini membuat kedainya semakin dekat dengan komunitas K-Pop.
"Kebetulan manajer kami di Cikajang suka K-Pop dan kenal sama komunitasnya, jadi kami langsung masuk dari mulut ke mulut," jelas dia.
Strategi di coffee shop Kopi Lima Detik di Benhill dilakukan dengan memberlakukan larangan merokok. Ini efektif untuk menggaet konsumen wanita yang kebanyakan tak merokok.
"Orang kesini (marketnya) buat cewek-cewek yang ga suka merokok maka minumannya lebih manis," kata dia.
Di Benhill persaingan coffee shop cukup ramai, namun keunggulan lokasi serta segmentasi pasar yang lebih niche karena menyasar perempuan yang anti merokok menjadi kekuatan tersendiri.
"Kalau disini persaingan untuk yang tak merokok hanya dengan Starbucks, namun secara price lebih murah disini," jelas dia.
Kenaikan Harga Minyak Goreng
Bisnis makanan dan minuman sempat terdampak ketika harga minyak goreng naik. Salah satu solusinya adalah dengan membeli minyak curah. Ini menjadi solusi sementara karena banyak pelanggan yang menanyakan kenaikan harga."Harga minyak hampir dua kali lipat, orang itu jual dirigennya Rp500 ribu dari Rp300 ribu per liter, dua kali lipat akhirnya kita beli yang dua literan sampai tiga literan di Alfamaret, padahal kan sekali masak aja 4 liter jadi gak kena sama industri, kalau beli kaya gitu kan mahalnya makanya kita hemat-hemat, kebetulan dapet harga minyak yang agak miring," jelas dia
Untuk promosi Kopi Lima Detik mengandalkan billboard dari pemegang franchise namun dia juga melakukan promosi di sosial media. Promosi di sosial media kerap efisien dan efektif ketika menyasar segmentasi yang tepat.
"Pasang iklan di billboard di depan kokas itu buat brand keseluruhan, kalau aku di sosmed aja, makanya kita grab atau berusaha jalin komunitas gitu, buat promo sama buat acara terutama di Cikajang, kalau di benhill kita nambah kursi atau meja buat acara ulang tahun dan gathering kantor,"jelas dia.
Kekurangan biaya franchise adalah ada biaya per bulan serta standar makanan yang ditentukan dari pemilik franchise meskipun ada beberapa minuman seperti susu, sirup yang bisa dibeli sendiri untuk mengurangi cost produksi.
Selain itu, harga makanan dan minuman ditentukan pemegang franchise. Dampaknya peluang untungnya tak besar karena tak bisa menentukan margin meskipun penjualannya sedang tinggi. Solusinya bisa dilakukan dengan mengurang penjualan makanan dengan margin kecil.
"Enaknya bisa milih menu yang marginya gede, cuman biaya belajar di franchise agak mahal," jelas dia.
Sebagai pebisnis pemula, dia akan terus belajar mengembangkan kedai kopi dengan brand sendiri. Membuka brand kopi secara mandiri akan lebih murah dari sisi biaya.
"Mau buka lagi atas nama sendiri sekarang, mau buat yang lebih murah kebetulan ada investor mau buka yang lebih kecil jadi kita buat brand sendiri saja," jelas dia.